KerajaanIslam pertama di Nusantara adalah Samudera Pasai yang berada di Pulau Sumatera. Para pedagang tersebut selain berdagang juga memperkenalkan dan menyebarkan agama Islam. Baca juga: Yenny 3 Kucing Berziarah ke Makam Walisongo dan Gus Dur. Bahkan terjadi perkawinan antara pedagang dengan wanita pribumi.
Perempuanyang datang di UIN Walisongo adalah, Bapak Dr. Imam Nahe'i, M. H. Tak hanya itu, acara pelepasan juga menghadirkan Muhammad Amin, spiritual dan personal development trainer untuk memberikan semangat dan brain strorming pada mahasiswa. Ketua LP2M UIN Walisongo, Bapak Akhmad Arif Junaidi menyampaikan tentang pentingnya
WaliSongo di Nusantara dikenal sebagai sembilan tokoh penyebar agama Islam yang paling populer. Mereka adalah catatan sejarah penting bagaimana perjuangan para wali, terutama para leluhur kita berjuang dengan semangat dan pengorbanan saat menegakkan syiar agama Islam di Indonesia. Mereka menyebarkan agama Islam di Nusantara pada sekitar abad 14.
1menunjukkan sikap spiritual yang semakin baik, antara lain sikap bersyukur dalam bentuk berdoa sebelum belajar dan menghargai perbedaan; 2. menunjukkan sikap sosial yang semakin baik, antara lain sikap bertanggung jawab, percaya diri, dan kreatif; 3. menentukan struktur teks pidato persuasif dengan tepat; 4.
BapakSutrimo, S.E selaku kepala Kelurahan Cepoko menyambut baik dan berteima kasih atas sosialisasi yang diadakan oleh kelompok 48 KKN UIN Walisongo Semarang dan LPMK Kelurahan Cepoko, karena dengan adanya sosialisasi tersebut warga dapat mengerti peran dan tujuan dari LPMK dalam ekonomi Kelurahan khususnya Kelurahan Cepoko.
A Sejarah Dakwah Walisongo. Penyiar-penyiar agama islam yang pertama, menurut sejarah keyakinan orang di Jawa adalah orang-orang keramat, yang memunyai pengetahuan yang dalam, dan di samping itu memiliki keistimewaan yang berwujud kekuatan gaib; orang keramat itu disebut "wali". Kata Wali berasal dari Bahasa arab, yang berarti "orang
Walisongoatau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Namamasjid tersebut adalah masjid Agung Cirebon atau juga dikenal dengan nama Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Peninggalan Walisongo Masjid Menara Kudus Bukan hanya dakwah islam yang diberikan 9 wali kepada masyarakat Indonesia Tetapi para wali juga meninggalkan bukti sejarah baik berupa benda dan budaya yang masih bisa kita lihat sampai saat ini
email zuhdan@ The double burden on women's work as schedules and work demands can make it difficult for women to fulfill family demands to have an unfavorable impact on both their working lives and on family life. It is necessary for a positive work-family interaction built through spiritual
Spiritualfather atau bapak rohani adalah istilah yang sering digunakan untuk pendidik. Pendidik adalah orang yang memberikan ilmu, pembinaan akhlaq m Pendidik adalah Bapak Rohani . 13 Maret 2020 21:08 Diperbarui: 13 Maret 2020 21:04 2333 5 3 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto
Jumat 29 Juli 2022 anggota KKN MIT DR Ke-14 Kelompok 21 UIN Walisongo Semarang turut andil dan memeriahkan kegiatan rutinan sholawat dalam menyambut tahun baru hijriyyah yang bertempat di sepanjang jalan di depan masjid Al Amin bersama warga Dusun Wondri Grajen, Semarang Selatan. Kegiatan rutinan yang lebih dikenal dengan suronan tersebut diikuti oleh tiga RT sekaligus yaitu RT 2, 4, dan 5.
adalahAbraham Maslow, dan Carl Rogers. Adapun pendapat-pendapatnya tentang teori humanistik akan dijelaskan dibawah ini. Sedangkan Abraham Maslow (1908-1970), seorang teoris kepribadian yang realistik, dipandang sebagai bapak spiritual, pengembang teori, dan juru bicara yang paling cakap bagi psikologi humanistik.
Jakarta Pusat Bahasa Depdiknas, 2008. Rokhmad, Abu. "Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal." Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 20, no. 1 (May 30, 2012): 79-114. Safera, Damar, and Muhammad Chairul Huda. "Tradisi Suroan Sebagai Tapak Tilas Walisongo (Studi Di Desa Jatirejo Kecamatan Suruh Kabupaten
SunanAmpel (Raden Rahmat) adalah salah satu anggota sembilan wali (Walisongo), penyebar agama Islam di tanah Jawa. Sama seperti Sunan Maulana Malik Ibrahim, jasa beliau juga sangat besar dalam perkembangan agama Islam di tanah Jawa. Bahkan banyak kalangan yang berpendapat bahwa beliau merupakan bapak para wali.
TeladaniSpirit Moderasi Para Wali dan Masyayikh di Tanah Kudus, UIN Walisongo Laksakan Ziarah. UIN Walisongo Online; Kudus - Dalam rangka menyambut Dies Natalies UIN Walisongo Semarang ke 51, Rombongan AAKK melaksanakan ziarah para Wali dan Masyayikh di tanah Kudus, Jum'at (19/3). Tujuan Ziarah rombongan ini adalah Makam Sunan Kudus
rcs35.
The attachment of spiritualism to pesantren is nothing new in the world of pesantren but the phenomenon of labeling of “spiritual pesantren” by the founder is something new. One of the pesantren explicitly using the term “spiritual” is Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti spiritual pesantren. This study examines why Dzikrussyifa’ is named a spiritual pesantren while the term pesantren has contained the values of spirituality. Through qualitative method it is found that the foundation of Dzikrussyifa’ pesantren aims to fill, respond a space that has not been optimally filled by other pesantren. The founder would like to offer the paradigm of a pesantren oriented to “spirituality” referring to the Walisongo pesantren. Dzikrussyifa’ pesantren is the concrete understanding of the meaning of spirituality influenced by Islamic Sufism and Walisongo Sufism. The spirituality meaning is actualized in all activities in the pesantren from its objective, students, lecturers and subjects. It is concluded that the meaning of spirituality is close to the understanding of the term Sufism or the more practical aspect of Sufism namely tarekat. Its meaning of spiritualism is influenced by Sunni tasawuf. Dzikrussyifa’ pesantren takes the path of populist spirituality or tarekat rakyat to fill the model of tasawuf considered non-optimum AbstrakSpiritual dijadikan predikat oleh sebuah pesantren bukan hal barudalam dunia ke pesantrenan. Tetapi terdapat fenomena pesantren yang diberi label oleh pendirinya dengan sebutan “pesantren spiritual”. Salah satu pesantren yang secara eksplisit menggunakan kata “spiritual” adalah Pesantren Spiritual Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti. Mengapa Pesantren Dzikrussyifa’ diberi predikat “spiritual”, bukankah dalam istilah pesantren sendiri mengandung nilai-nilai spiritualitas. Melalui metode kualitatif ditemukan bahwa pendirian pesantren Dzikrussyifa’ adalah untuk mengisi, merespon, menanggapi sebuah ruang yang belum maksimal diperankan oleh pesantren-pesantren lainnya. Pendiri Pesantren Dzikrussyifa’ ingin menawarkan sebuah paradigma pesantren yang berorientasi “spiritual” dengan pijakan ala pesantren Wali Songo. Eksistensi Pesantren Dzikrussyifa’ adalah hasil konkret yang dipengaruhi dari pemaknaan sang pendiri terhadap arti spiritualitas yang dipengaruhi oleh para sufi dunia Islam dan sufistik ala Wali Songo. Pemaknaan spiritualitas tersebut diwujudkan dalam seluruh bentuk aktivitas di pesantren. Disimpulkan bahwa pemaknaannya terhadap spiritualitas lebih dekat kepada pemahaman istilah sufisme tasawuf atau dengan aspek yang lebih praktis dari tasawuf, yakni tarekat. Pemaknaannya terhadap spiritualitas dipengaruhi oleh tasawuf Sunni. Pesantren Dzikrussyifa’ mengambil jalan “spiritual kerakyatan” atau “tarekat rakyat” dalam rangka mengisi model tasawuf yang terasa kurang daya dorongnya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 96EDUKASI Jurnal Penelian Pendidikan Agama dan KeagamaanSPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGANSPIRITUALITY AND DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGAN SPIRITUAL PESANTRENHusen Hasan BasriPuslitbang Pendidikan Agama dan KeagamaanBadan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RIJl. MH Thamrin No. 06 Jakarta Pusat, Email hhasanbasri diterima 27 Februari 2015. Revisi pertama, 14 Maret 2015. Revisi kedua, 19 Maret 2015 dan revisi terahir 3 April 2015AbstractThe attachment of spiritualism to pesantren is nothing new in the world of pesantren but the phe-nomenon of labeling of “spiritual pesantren” by the founder is something new. One of the pesantren explicitly using the term “spiritual” is Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti spiritual pesantren. This study examines why Dzikrussyifa’ is named a spiritual pesantren while the term pesantren has contained the values of spirituality. Through qualitative method it is found that the foundation of Dzikru-ssyifa’ pesantren aims to ll, respond a space that has not been optimally lled by other pesantren. The founder would like to oer the paradigm of a pesantren oriented to “spirituality” referring to the Walisongo pesantren. Dzikrussyifa’ pesantren is the concrete understanding of the meaning of spir-ituality inuenced by Islamic Susm and Walison-go Susm. The spirituality meaning is actualized in all activities in the pesantren from its objective, students, lecturers and subjects. It is concluded that the meaning of spirituality is close to the under-standing of the term Susm or the more practical aspect of Susm namely tarekat. Its meaning of spiritualism is inuenced by Sunni tasawuf. Dzikru-ssyifa’ pesantren takes the path of populist spiritu-ality or tarekat rakyat to ll the model of tasawuf considered Words Spirituality, Tasawuf, Spiritual Pesan-trenAbstrakSpiritual dijadikan predikat oleh sebuah pe-santren bukan hal baru dalam dunia ke pesant-renan. Tetapi terdapat fenomena pesantren yang diberi label oleh pendirinya dengan sebutan “pe-santren spiritual”. Salah satu pesantren yang secara eksplisit menggunakan kata “spiritual” adalah Pesantren Spiritual Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti. Mengapa Pesantren Dzikrussyifa’ diberi predikat “spiritual”, bukankah dalam is-tilah pesantren sendiri mengandung nilai-nilai spiritualitas. Melalui metode kualitatif ditemukan bahwa pendirian pesantren Dzikrussyifa’ adalah untuk mengisi, merespon, menanggapi sebuah ruang yang belum maksimal diperankan oleh pe-santren-pesantren lainnya. Pendiri Pesantren Dz-ikrussyifa’ ingin menawarkan sebuah paradigma pesantren yang berorientasi “spiritual” dengan pi-jakan ala pesantren Wali Songo. Eksistensi Pesant-ren Dzikrussyifa’ adalah hasil konkret yang dipen-garuhi dari pemaknaan sang pendiri terhadap arti spiritualitas yang dipengaruhi oleh para su dun-ia Islam dan sustik ala Wali Songo. Pemaknaan spiritualitas tersebut diwujudkan dalam seluruh bentuk aktivitas di pesantren. Disimpulkan bahwa pemaknaannya terhadap spiritualitas lebih dekat kepada pemahaman istilah susme tasawuf atau dengan aspek yang lebih praktis dari tasawuf, yak-ni tarekat. Pemaknaannya terhadap spiritualitas dipengaruhi oleh tasawuf Sunni. Pesantren Dz-ikrussyifa’ mengambil jalan “spiritual kerakyatan” atau “tarekat rakyat” dalam rangka mengisi model tasawuf yang terasa kurang daya dorongnya. Kata Kunci Spiritualitas, Tasawuf, Pesantren SpiritualEDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 96 25-Nov-15 55042 AM 97Volume 13, Nomor 1, April 2015SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGANPENDAHULUANKemunculan fenomena pesantren yang diberi label oleh pendirinya dengan sebutan “pesantren spiritual” mengingatkan kembali kepada model Wali Songo dalam penyebaran dan penanaman ajaran Islam di Jawa melalui pendekatan tasawuf 1 dan “pesantren”. Perpaduan antara pendekatan tasawuf dan “pesantren” kemudian menjadi—meminjam istilah Lombard—jaringan-jaringan Islam yang agraris dari unsur-unsur penggerak dalam Islam Sebenarnya spiritual dijadikan predikat oleh pesantren bukan hal baru dalam dunia ke pesantrenan. Menurut Muhammad Tholhah Hasan, pesantren sejak masa Wali Songo pada abad 15 M sampai sekarang diwarnai oleh aktivitas spiritual ruhiyah baik yang dipraktikkan oleh peminat khusus khawas dari para anggota tarekat maupun yang dipraktikkan oleh kalangan umum awam dari para santri dengan kegiatan praktis sehari-hari seperti zikir, puasa sunah, wirid, hidup zuhud, berlaku sopan, menghormati guru, sabar, istikamah, dan 1 John. 1961. “Susm as a category in Indonesian Literature and History”, dalam JSEAH, 2. Lihat juga Ricklefs. 2012. Mengislamkan Jawa Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930 sampai Sekarang. Jakarta PT Serambi Ilmu Semesta. 2 Selain jaringan-jaringan Islam agraris, unsur-unsur penggerak dalam Islam Jawa adalah orang laut dan kalangan-kalangan “borjuis” pengusaha. Lihat Denis Lombard. 2005. Nusa Jawa Silang Budaya, Bagian II Jaringan Asia. Jakarta Gramedia Pustaka Utama, h. 84-148. 3 Dikutip dari transkrip paparan Muhammad Tholhah Hasan yang berjudul “Pesantren dan Sikap Inklusivisme Neosusme” yang disampaikan dalam acara Halaqoh Ulama dengan tema Pesantren Sebagai Pusat Peradaban Islam yang dilaksanakan oleh Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan di Bogor, 13-14 Desember 2010 Membicarakan spiritualitas di pesan-tren sebenarnya tidak lain membahas hubungan pesantren dan tasawuf, karena tasawuf sendiri merupakan kelembagaan spiritualitas Islam. Namun dalam tradisi pesantren istilah tasawuf dipakai dalam kaitan aspek intelektual, sedangkan aspek-aspeknya yang bersifat etis dan praktis diistilahkan dengan sebutan Tidak banyak pesantren yang menjadi pusat gerakan tarekat dan yang mengkhususkan diri dalam bidang tasawuf sebagai objek pengajarannya. Bruinessen menyebutkan sekitar tahun 1970 terdapat empat pusat tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang penting di pulau Jawa Rejoso Jombang dengan Kiai Musta’in Romly, Mranggen dengan Kiai Muslikh, Suryalaya Tasikmalaya dengan A. Shohibulwafa Tajul Arin Abah Anom, dan Pagentongan Bogor dengan Kiai Thohir Falak. 5 Pesantren-pesantren yang menjadi pusat gerakan tarekat yang memiliki jalur ke tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di antaranya Pesantren Al-Fithrah Kedinding Kenjeran Surabaya pimpinan KH Asrori Al-Ishaqi wafat 18 Agustus 2009. Syekh Usman Al-Ishaqi, ayah KH Asrori, adalah salah satu murid KH Romli Tamim, ayah KH Musta’in Romli, Rejoso Jombang, dan Pesantren Suryalaya Tasikmalaya pimpinan 4 Zamakhsari Dhoer. 1982. Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta LP3ES, h. 135 5 Martin Van Bruinessen. 1999. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia. Bandung Mizan, h. 21. Rejoso, Mranggen, Suryalaya, Pagentongan adalah nama-nama pesantren yang dipimpin oleh kiai-kiai tersebut, dan merupakan karakteristik pesantren salayah atau tradisional yang menamakan pesantrennya dengan nama daerah dimana pesantren-pesantren itu berada. EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 97 25-Nov-15 55042 AM 98EDUKASI Jurnal Penelian Pendidikan Agama dan KeagamaanHUSEN HASAN BASRIAbah Anom. Pesantren ini sering dikenal oleh publik sebagai pusat pengobatan bagi pecandu Sepeninggal Abah Anom September 2011, sesepuh pesan-tren diteruskan oleh KH. Zaenal Abidin Anwar sekaligus pengemban amanah untuk memimpin tarekat Qadiriyah wa satu pesantren—bisa juga satu-satunya—yang secara eksplisit menggunakan kata “spiritual” adalah Pesantren Spiri-tual Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti selanjutnya ditulis Pesantren Dzikrussyifa’. Pesantren yang dipelopori dan sekaligus dipimpin oleh Kiai Muhammad Muzakkin merupakan kebutuhan masyarakat orang yang sakit jiwa dan pecandu narkoba yang menginginkan pengobatan dengan cara spiritual. Pesantren yang didirikan pada 5 Januari 2000 terletak di dusun Sekanor desa Sendangagung kecamatan Paciran Lamongan. Jika Pesantren Suryalaya dan pesantren-pesantren lainnya yang menjadikan tarekat sebagai pusat pengajaran tidak secara eksplisit menggunakan kalimat “spiritual” dalam nama pesantrennya, meskipun S. Soebardi menyebut pesantren Suryalaya dengan sebutan “pesantren tarekat Surya-laya”,7 maka Pesantren Dzikrussyifa’ me-nam bah kata “spiritual”, bahkan dalam papan nama dan logo surah ditambah frase “khusus rehabilitasi sakit jiwa dan pe-candu narkoba”. Frase ini mungkin untuk mengaitkan dengan kata “Dzikrussyifa” 6 Nurcholis Madjid. 1974. “Tasawuf dan Pesantren”, dalam Dawam Rahardjo ed, Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta LP3ES, h. 105. 7 S. Soebardi. 1978. “The Pesantren Tarikat of Suralaya”, dalam ed, SPECTRUM. Jakarta Dian Rakyat. yang memiliki arti ingat dan obat. Kalimat “Asma’ Berojomusti” sendiri mengesankan adanya term Jawa yang dikaitkan dengan ilmu kebatinan atau kekebalan. Ada harapan dari pimpinan untuk menjadikan Pesantren Dzikrussyifa’ sebagai barometer kegiatan keagamaan yang bersifat pendidikan supranatural di kawasan Pantai Utara Jawa Pantura. Mungkin harapan dari pimpinan inilah yang membuat kalangan media menyebut Pesantren Dzikrussyifa’ sebagai Pesantren Jin”.8 Meskipun dibantah oleh pihak pengasuhnya, salah satu pesantren yang oleh media sering dikaitkan dengan “jin” dalam pembangunannya ada-lah Pesantren Salayah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah Turen Malang Jawa Timur. Pesantren ini oleh masyarakat disebut Masjid Pesantren Dzikrussyifa’ diberi predikat “spiritual”, bukankah dalam istilah pesantren sendiri mengandung nilai-nilai spiritualitas. Memang pesantren itu memiliki potensi spiritual baca-tasawuf untuk memberikan perbaikan moral dan 8 Beberapa media online memberikan judul beritanya tentang Pesantren Dzikrussyifa’ sebagai berikut. Minggu, 13 April 2014 dengan judul “Puluhan Caleg Stres Terapi di Pondok Pesantren Jin di Lamongan”; Merdeka. com, Sabtu, 3 Mei 2014 dengan judul “Mengintip pesantren Jin’ di Lamongan Yang Obati 58 Caleg Stres”; Senin 14 April 2014 dengan judul “Kiai Muzakkin Gunakan Jin Obati Caleg Stres”; Rabu, 26 Agustus 2009 dengan judul “Wah, Ada Pengajian Khusus Bangsa Jin di Lamongan”; Minggu, 27 September 2009 dengan judul “Jin dari Mesir pun Nyantri di Lamongan”; Senin, 7 September 2014 dengan judul “Ramadan, Giliran Jin Diasuh di Ponpes Berojomusti”; Rabu, 9 Desember 2009 dengan judul “Seribu Jin Amankan Hari Antikorupsi”. 9 V13_n1_2015 A4 isi 98 25-Nov-15 55042 AM 99Volume 13, Nomor 1, April 2015SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGANkarakter, namun sebagaimana diungkap oleh Hasan bahwa di pesantren daya tahan tasawuf lebih dominan dari pada daya dorongnya. Pendirian Pesantren Dzikrussyifa’ untuk mengisi, merespons, menanggapi sebuah ruang yang belum maksimal diperankan oleh pesantren-pe-santren lainnya. Pendiri Pesantren Dzikrus-syifa’ ingin menawarkan sebuah paradigma pesantren yang berorientasi “spiritual” dengan pijakan ala pesantren Wali Songo. Eksistensi Pesantren Dzikrussyifa’ adalah hasil konkret yang dipengaruhi dari pemaknaan sang pendiri terhadap arti spiri-tualitas. Sebenarnya, seperti apakah Pesantren Dzikrussyifa’? Apa makna spiritual yang melekat dalam nama Pesantren Dzikrus-syifa’? Sejauh mana pemaknaan label spiritual itu memengaruhi proses kegiatan di Pesantren Dzikrussyifa? Karena itu, diperlukan sebuah penelitian empirik agar dapat memberikan gambaran tentang eksis-tensi Pesantren Dzikrussyifa’ yang memberi label “spiritual” itu relasinya dengan gerakan spiritualitas Islam tasawuf di masa lalu. Dari latar belakang masalah tersebut, ada dua fokus masalah penelitian ber-kaitan dengan fenomena Pesantren Dzikrus-syifa’ yang ingin dijawab dalam pene litian ini, yaitu pertama, apa makna spiri tualitas menurut pimpinan Pesantren Dzikurus-syifa’? dan apakah terdapat satu model spiritual yang memengaruhi pemaknaan spiritualitas tersebut? dan kedua, sejauh mana pemaknaan spiritualitas tersebut meme ngaruhi aktivitas Pesantren Dzikrus-syifa’?.Penelitian ini bertujuan untuk men-deskripsikan pertama, makna spiritualitas menurut pimpinan Pesantren Dzikrussyifa’ dan model spiritual yang memengaruhi pemaknaan spiritualitas, dan kedua, penga-ruh pemaknaan spiritualitas terhadap aktivitas Pesantren Dzikrussyifa’.Penelitian ini diharapkan dapat meleng-kapi studi tentang hubungan pesantren dan potensi tasawuf. Penelitian ini diharapkan dapat digali spiritual ala pesantren dalam pengembangan pendidikan karakter dan pendidikan akhlak yang saat ini menjadi isu yang hangat diperbincangkan. Melalui penelitian ini juga diharapkan dapat diper-oleh bahan pemikiran untuk menjadi pijakan dalam pengembangan pesantren. Kerangka Konseptual Spiritualitas telah menjadi tema me narik di saat hidup dan kehidupan mengalami perkembangan yang sangat cepat. Istilah spiritualitas mengandung beberapa pengertian baik secara keba-hasaan maupun secara terminologi. Secara kebahasaan perkataan spiritualitas ber-asal dari perkataan spirit yang berarti roh, jiwa, semangat atau keagamaan. Jadi, spiri-tualitas secara kebahasaan bisa diartikan sebagai segala aspek yang berkenaan dengan jiwa, semangat, dan keagamaan yang memengaruhi kualitas hidup dan kehidupan seseorang. Dalam Encyclopedia Americana disebutkan bahwa istilah spi-ritualitas atau spiritualism kadang-kadang digunakan dengan mengacu kepada se-buah aliran lsafat manusia, lawan dari aliran materialism. Kadang-kadang, istilah spiritualism digunakan untuk menunjuk sebuah sekte agama atau kelompok umat beragama dari kalangan Kristen yang EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 99 25-Nov-15 55042 AM 100EDUKASI Jurnal Penelian Pendidikan Agama dan KeagamaanHUSEN HASAN BASRImenekankan doktrin bahwa ruh orang yang sudah mati masih hidup sebagai seorang pribadi yang dapat berkomunikasi dengan orang yang masih hidup melalui seorang yang dikenal sebagai medium. Istilah Spiritualitas adalah dimensi batin esoteric dimension atau jiwa agama dalam kehidupan manusia. Spiritual Islam disebut tasawuf, di barat orang menyebutnya Islamic Mysticsm atau susm. 10 Tasawuf sebenarnya sudah berkembang pada zaman Nabi tapi sebutan tasawuf itu baru ada pada akhir abad ke 1 Hijriyah atau pada awal abad ke-2 Tasawuf seba gai sebuah gerakan diawali oleh gerakan zuhud dan uzlah yang dipelopori oleh Hasan al-Basri H/728 M, Rabi’ah Adawiyah H/801 M dan Ibrahim bin Adham w. 159 H/777 M. Kehidupan model zuhud kemudian berkembang pada abad ke-3 Hijriyah ketika kaum su mulai mem perhatikan aspek-aspek teoritis psi-kologis dalam rangka pembentukan peri-laku hingga tasawuf menjadi sebuah ilmu akhlak keagamaan. Pemikiran-pemikiran yang lahir selanjutnya terlibat dalam masalah-masalah epistemologis. Masalah-masalah ini berkaitan langsung dengan pembahasan mengenai hubungan manusia dengan Allah SWT, sehingga lahir konsepsi-konsepsi seperti fana’, terutama oleh Abu Yazid Al-Busthami w. 261 H/874 M. Tasawuf kemudian menjadi sebuah ilmu setelah sebelumnya hanya merupakan iba-dah-ibadah praktis. Pada abad ke-3 dan 10 Lihat Muchlis Hana, editor. 2010. Spiritualitas dan Akhlak. Jakarta Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang Dan Diklat Kementerian Agama, h. 471 dan 445 11Transkrip paparan Muhammad Tholhah Hasan, “Pesantren dan Sikap Inklusivisme Neosusme”, hal. 1 ke-4 H muncul tokoh-tokoh tasawuf seperti Al-Junaid M dan Sari Al-Saqathi M serta Al-Kharaj M yang memberikan pengajaran dan pendidikan kepada para murid dalam sebuah bentuk jamaah. Pada periode ini muncul pula jenis baru tasawuf yang diperkenalkan Al-Husain ibn Manshur Al-Hallaj M yang dihukum mati akibat doktrin hulul-nya. 12Pada abad ke-5 Imam Al-Ghazali 1059-1111 M tampil menentang jenis-jenis tasawuf yang dianggapnya tidak se suai dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah dengan mengembalikan tasawuf kepada status semula sebagai jalan hidup zuhud, pen-didikan jiwa dan pembentukan moral. Tasa-wuf semacam ini disebut tasawuf Sejak tampilnya Al-Ghazali, pengaruh tasawuf Sunni mulai menyebar di Dunia Bahkan muncul tokoh-tokoh su terkemuka yang membentuk tarekat un-tuk mendidik para murid, seperti Syaikh Ahmad Rifa’i H dan Syaikh Abd Al-Qadir Jailani H/1166 M yang sangat 12 Alwi Shihab. 2009. Antara Tasawuf Sunni & Tasawuf Falsa Akar Tasawuf di Indonesia. Depok Pustaka Iman, h. 45 13 Ibid. h. 50 14 Pemikiran keagamaan Al-Ghazali tidak hanya berpengaruh di kalangan Islam, tetapi juga di kalangan Yahudi dan Kristen. Pengaruh Al-Ghazali dalam pemikiran Yahudi dengan tampilnya Filsuf Yahudi, Musa Ibn Maymun Moses the Maimonides melalui karya al-Munqidz min al-Dlalal, persis judul sebuah kitab al-Ghazali. Pengaruh al-Ghazali di kalangan Kristen melalui lsafat Bonaventura. Pandangan susme al-Ghazali memperoleh salurannya dalam mistisime Kristen Katolik melalui Ordo Fransiscan seperti diungkapkan dalam novel best seller nya Umberto Eco, The Name of the Rose. Lihat Nurhcolis Madjid. 2009. Kaki Langit Peradaban Islam. Jakarta Paramadina bekerjasama dengan penerbit Dian Rakyat, khususnya bagian “Pandangan Tasawuf-Falsa Imam Al-Ghzali”, h. 89-90 EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 100 25-Nov-15 55042 AM 101Volume 13, Nomor 1, April 2015SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGANlain yang ikut menentukan pengaruh Al-Ghazali terhadap tasawuf Walisongo adalah karena salah seorang pemimpin tarekat Al-Alawiyah, yakni Imam Muhammad ibn Ali dengan gelar Al-Faqih Al-Muqadam pemimpin ahli kih memiliki kesamaan dengan Al-Ghazali. Dari Muhammad ibn Ali inilah Walisongo mengambil metode dan cara dakwahnya. Dan, dari segi akidah Walisongo mengikuti faham Asy’ Spiritualitas Walisongo berisikan ke-arifan dan kemampuan spirit Islam sehingga dapat berbicara sesuai dengan kapasitas para audiennya. Mereka melakukan modikasi adat istiadat dan tradisi setempat sedemikian rupa agar tidak bertentangan dengan dasar-dasar Islam. Ada yang mengatakan bahwa Islam tidak akan pernah menjadi the religion of Java jika susme yang dikembangkan oleh Walisongo tidak mengakar dalam Walisongo terlibat secara sik dalam peran serta sosial untuk memetakan dan sekaligus memecahkan permasalahan masyarakat, dan untuk memberikan con-toh ideal dan religius kemasyarakatan. Penting nya tentang modeling Walisongo, Abdurahman Mas’ud menyatakan ...Usaha Maulana Malik Ibrahim w. 1419 di Gresik, Jawa Timur, untuk melem-bagakan metode pendidikan yang pada masa-masa berikutnya dikenal sebagai “pesantren”. Guna mengantisipasi dan mengakomodir pertanyaan-pertanyaan so-sial keagamaan serta dalam rangka meng-himpun anggota, Ibrahim menggunakan sistem pesantren. Tidaklah sulit baginya untuk mendirikan sebuah pesantren, se-17 Ibid. h. 30-31 dan 3418 Lihat Abdurahman Mas’ud. 2006. Dari Haramain Ke Nusantara Jejak Intelektual Arsitek Pesantren. Jakarta Kencana Prenada Media Group, h. 57 terpengaruh oleh garis tasawuf Al-Ghazali. Pilihan yang sama dilakukan generasi berikut, antara lain yang paling menonjol adalah, Syaikh Abu Hasan Al-Syadzili H dan muridnya, Abu Al-Abbas Al-Mursi w. 686 H, serta Ibn Atha’illah Al-Sakandari w. 709 H.15Sejumlah su pada abad ke-6 H yang berorientasi lsafat, antara lain Suhrawardi Al-Maqtul, tokoh ilmu huduri atau presensial w. 587 H, Ibn Arabi H, penyair su Mesir, Umar Ibn Al-Faridh H, dan Abd Al-Haq Ibn Sab’in w. 669 H. Dalam aliran mereka berkembang panteisme wahdatul Wujud yang mengarahkan tasawuf pada “kebersatuan” dengan Kemunculan aliran tersebut menjadikan tasawuf terbagi dua, yaitu pertama, tasa-wuf Sunni yang dikembangkan para su pada abad ke-3 dan ke-4 yang disusul Al-Ghazali dan para pengikutnya dari syaikh-syaikh tarekat. Kedua, tasawuf falsa yang menggabungkan tasawuf dengan berbagai aliran mistik dari lingkungan di luar Islam, seperti dalam Hinduisme, kependetaan Kristen atau teoso dalam neo-Platonisme. Kedua jenis tasawuf baik Sunni maupun falsa berkembang di Indonesia. Model tasawuf Sunni banyak dianut oleh pelopor dan pemimpin dakwah Islam Indonesia—termasuk Walisongo. Adanya pengaruh Al-Ghazali yang berakar kuat dalam pemikiran tasawuf Walisongo, ter-utama disebabkan karena pencetus tarekat mereka, Al-Alawiyah, yakni Syaikh Al-Imam Abdullah ibn Al-Imam Ahmad Al-Muhajir adalah leluhur Walisongo. Faktor 15 Alwi Shihab. 2009. Antara Tasawuf Sunni & Tasawuf Falsa..., h. 50-51 16 Ibid. h. 51 EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 101 25-Nov-15 55042 AM 102EDUKASI Jurnal Penelian Pendidikan Agama dan KeagamaanHUSEN HASAN BASRIbab ia telah memiliki banyak pengikut setia serta kekayaan dari hasil usaha dagangn-ya. Dilaporkan bahwa seharian penuh, dia membawa masyarakatnya ke lahan perta-nian, sementara malam harinya dia menga-jar mereka pelajaran-pelajaran dasar, khu-susnya Al-Quran dan Hadits di lembaganya ini. Karena caranya berdakwah inilah dia disebut sebagai bapak atau guru pesantren masa awal di Jawa. Pada saat yang sama dia juga merupakan bapak spiritual dari Wali-songo. 19 Deskripsi di atas memperlihatkan bahwa spiritual Walisongo menjalankan ajaran Islam model Nabi Muhammad, dan meng-ajarkannya melalui jalan sustik yang tidak bertentangan dengan ajaran model Nabi Muhammad serta mengakomodir tradisi dan kebiasaan lokal. Spiritual Walisongo juga adalah “keteladanan yang baik” sebelum “berucap kata”. Meskipun tumbuhnya pesantren atau pondok dapat ditelusuri ke belakang sebagai bermula dari sistem zawiyah kaum su yang dikembangkan, tetapi kenyataan sekarang tidak berarti setiap pesantren merupakan pusat gerakan tasawuf. Sekarang ini pesantren lebih dikenal sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran. Sedangkan yang melakukan peranan sebagai pusat gerakan tarekat hanya sedikit saja. Lebih sedikit lagi ialah pesantren yang mengkhususkan diri dalam bidang tasawuf sebagai objek pengajarannya. Susme di Indonesia agaknya lebih terbatas kepada segi-seginya yang praktis saja, sedangkan segi pemikiran kontemplatifnya sangat kurang. Karena itu perkataan “tarekat” adalah lebih dikenal daripada perkataan tasawuf, khususnya di 19 Ibid., h. 62 kalangan para pengikut awam yang merupa-kan bagian di pesantren yang berpegang kepada doktrin-doktrin ortodoks yang menjauhkan dari panteisme dan sebangsanya itu adalah berkat dijadikannya ajaran-ajaran Imam Al-Ghazali sebagai pegangan pokok. Tolkhah Hasan menyebut bahwa tasawuf-tasawuf yang masuk di Indonesia dan di pesantren adalah 95% Tasawuf Sunni. Tasawuf yang menggunakan pendekatan Abu Yazid Al-Bustami, Al-Hallaj, Suhrawardi Al-Maqtul, ibnu Arobi, dan Hamzah Fansuri yang ada di Aceh adalah kelanjutan dari Tasawuf Falsa, tetapi di pesantren sekarang yang eksis adalah Tasawuf Sunni yang dibatasi oleh al-Junaid al-Baghdadi, yakni attasawufu baytun wassariatu Esiensi gerakan tasawuf adalah karena organisasi yang muncul sebagai perkum-pulan-perkumpulan tarekat. Tarekat atau thariqah adalah aliran tentang jalan atau cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Tarekat tidak membicarakan segi lsafat dari pada tasawuf, tetapi amalan atau praktisnya. Tradisi pesantren mengenal dua bentuk tarekat, yaitu pertama, tarekat yang dipraktikkan menurut cara-cara yang dilakukan oleh organisasi-organisasi tarekat; dan kedua, tarekat yang dipraktikkan menurut cara di luar ketentuan organisasi-organisasi tarekat. Beberapa organisasi tarekat dapat disebutkan, seperti Satariyah dikembangkan oleh Abdurrauf Sinkel dan Abdul Muhyi, Qodiriyah, Naqsabandiyah, Qodiriyah wa Naqsabandiyah, Rahmaniyah, 20Transkrip paparan Muhammad Tholhah Hasan, Pesantren dan Sikap Inklusivisme Neosusme, h. 2 EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 102 25-Nov-15 55043 AM 103Volume 13, Nomor 1, April 2015SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGANRifaiyah, Siddiqiyah, Syadhiliyyah, dan Wahidiyyah. 21Menurut Tolkhah Hasan bahwa Wali-songo semuanya memiliki pesantren baik pesantren besar maupun pesantren kecil. Semua pesantren Walisongo ada tasawufnya. Dalam primbonnya sunan Bonang disebutkan bahwa yang diajarkan Walisongo adalah kih yang diajarkan mazhab Imam Sya’i, aqidah mengikuti imam Al-Asyari dan lsafatnya atau tasawufnya mengikuti aliran imam Al Ghazali. Jadi, lanjut Tolkhah Hasan, jelas bahwa di Indonesia tasawuf yang dibawa ke pondok pesantren adalah tasawuf-tasawuf yang suni, sampai belakangan pengaruh tasawuf di pesantren itu mengalami perubahan. Namun demikian, menurut Muhammad Tholhah Hasan sampai hari ini potensi tasawuf dan pesantren yang menggunakan tasawuf sebagai salah satu alat untuk mengembangkan dan mempertahankan diri masih tetap kuat. Tetapi, daya dorong tasawuf lebih lemah daripada daya tahannya, tasawuf sebagai daya dorong ini belum optimal dibanding dengan tasawuf sebagai daya tahan. 22Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif-kua-litatif. Deskriptif-kualitatif pada umum-nya dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus. Penelitian deskriptif-kualitatif studi kasus merupakan penelitian Penelitian dilakukan di Pesan-21 Zamkhsari Dhoer. 1982. Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta LP3ES, h. 136-14222 Ibid. 23 Lihat Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial tren Spiritual Dzikrussyifa’ Asma’ Berojo-musti yang berlokasi di dusun Sekanor, desa Sendangagung kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Waktu penelitian lapangan dilakukan pada 3-10 November 2014. Meskipun tergolong baru dan kecil untuk ukuran pesantren-pesantren di Jawa pada umumnya, atau Lamongan khu-susnya, pesantren spiritual Dzikrussyifa’ menjadi salah satu varian dari ragam atau model pesantren salayah yang ingin mengaktualkan potensi tasawuf dalam mendorong pembinaan akhlak umat yang akhir-akhir ini dirasa berkurang. Selain itu, posisi pesantren ini berada dalam wilayah budaya pesisir yang memiliki sifat terbuka dan mobile dan posisi Paciran yang memiliki pesantren Muhammadiyah, di ataranya pesantren Karangasem Muhammadiyah yang disebut Mastuhu sebagai pusat pembinaan kader Posisi pesantren ini juga berdekatan dengan pesantren Al-Islam Lamongan yang pernah menasional bahkan menginternasional karena kasus pengumpulan data lebih meng-andalkan pada studi kepustakaan. Keber-hasilan studi kepustakaan memengaruhi ke-berhasilan penelitian lapangan. Penelusuran data primer dilakukan melalui wawancara dengan nara sumber kunci key informan, pelaku/aktor, mereka yang terlibat de ngan berbagai peran yang dimiliki. Saya mewa-wancarai pimpinan pesantren hampir setiap hari selama saya tinggal di pesantren. Selain Lainnya. Jakarta Kencana. 24 Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta INIS EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 103 25-Nov-15 55043 AM 104EDUKASI Jurnal Penelian Pendidikan Agama dan KeagamaanHUSEN HASAN BASRIitu, saya mewawancarai guru pembimbing dan pihak kemenag kab. dilakukan untuk mengangkat realita secara lebih utuh dengan tetap menggunakan pendekatan emik, artinya peneliti berupaya menangkap dan memahami fenomena yang ada, sebagaimana komunitas Pesantren Dzikrussyifa’ memaknai realitas tersebut. Observasi dilakukan terhadap semua kegiatan di Pesantren Dzikrussyifa’. Pesantren Dzikrussyifa sendiri dengan segala aktivitasnya merupakan “teks” yang bisa menjadi sumber data. Observasi dilakukan juga terhadap proses interaksi pimpinan dengan para pasien, masyarakat, penataan sik, dan gambar-gambar. Pengumpulan data ini dilaksanakan oleh saya sendiri dan dibantu oleh pembantu peneliti. Observasi ke pesantren dilakukan selama 4 hari dan 3 malam. Analisa data kualitatif dilakukan sebelum, selama dan setelah pengumpulan data. Sebelum dilakukan pengumpulan data, penulis memulai untuk memfokuskan data-data apa yang akan dijadikan unit analisis. Data dan informasi yang terkumpul dikoding dan direduksi kemudian dianalisa sesuai dengan formula kerangka konsep gerakan spiritualitas baik di dunia Muslim maupun khas Indonesia dan lebih khusus lagi spiritualitas di pesantren. Hasil analisa ini selanjutnya diintrepretasi. Hasil penelitian dalam bentuk data penelitian yang dituliskan di sini saya anggap hanya sebagai titik awal dan bersifat permukaan dari realitas yang sesungguhnya. Meskipun digunakan bangunan konseptual, data penelitian atau hasil penelitian yang telah diinterpretasi yang menjadi “pembahasan penelitian” lebih banyak dibantu oleh nara sumber dan informan. Terhadap makna dibalik teks dan simbol yang ada di Pesantren Dzikrussyifa, sedikit yang saya ketahui dan pahami. Karena itu, data-data penelitian yang berupa kata-kata, teks, dan simbol diinterpretasi maknanya oleh saya bersama-sama dengan nara sumber. Hasil analisa dan interpretasi tersebut tersaji dalam “hasil dan pembahasan” berikut .HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian akan diawali dengan pemaparan pemaknaan spiritualitas menurut pimpinan Pesantren Dzikrussyifa’, kemudian diuraikan salah satu model spiritual yang meme-ngaruhi pemaknaan spiritualitas tersebut. Uraian selanjutnya terkait pengaruh pe-maknaan spiritualitas terhadap aktivitas Pesantren Dzikrussyifa’. Sosok Kiai Muhammad Muzakkin dan Pemaknaan Spiritualitas Pesantren Dzikrussyifa’ identik de-ngan sosok Kiai Muhammad Muzakkin se-lan jutnya ditulis Kiai Muzakkin. Pemak-naan spiritualitas menurut Pesantren Dzikrussyifa’ adalah pemaknaan spiritualitas menurut Kiai Muzakkin sendiri. Meskipun tidak seluruhnya mewakili kelembagaan pesantren, kiai dalam sebuah pesantren adalah unsur kuncinya. Untuk mengetahui siapa sebenarnya sosok Kiai Muzakkin itu dan apa pemikirannya dalam bidang tasawuf, saya melakukan penelusuran baik mewawancarai langsung Kiai Muzakkin maupun data dari buku-buku yang ia tulis dan dari berbagai media. Kiai Muzakkin dilahirkan di desa Dadapan kecamatan Solokuro kabupaten Lamongan Jawa Timur pada tanggal 5 Juli 1968. Sejak kecil diasuh oleh kedua orang EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 104 25-Nov-15 55043 AM 105Volume 13, Nomor 1, April 2015SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGANtuanya bernama bapak Suparman dan Ibu Darkah. Sebagaimana dituturkan Kiai Muzakkin bahwa dirinya dari garis bapak tersambung ke Jaka Tingkir dan garis ibu tersambung sampai mbok rondo Dadapan yang mempunyai putra yang terkenal bernama Ande-Ande dibesarkan dan dididik dalam lingkungan spiritual, bapak dan ibunya adalah seorang lelaku spiritual. Kalau siang berpuasa dan malam melakukan dzikir, berkhalwat, bertahajud, dan bermujahadah. Selain itu, kedua orang tuanya adalah seorang penganut tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang bermursyid kepada KH Asrori Al-Ishaqi bin Syekh Usman Al-Ishaqi di Kedinding Kiai Muzakkin hidup seperti orang pada umumnya. Ia bersekolah TK, MI, MTs, MA, dan mengenyam Perguruan Tinggi. Ia menikah dengan Nurul Hasanah yang berasal dari desa Sendangduwur kecamatan Paciran Lamongan. Pasangan Kiai Muzakkin dan Nurul Hasanah dikarunia 3 tiga orang putra-putri Jayyidatun Nisa al-Muzakkiyah, Akhnaf Farrel al-Muzakki, dan Haikal Azmni al-Muzakki almarhum. Sejak kecil sudah diajari dan digembleng oleh orang tuanya serta dikenalkan dengan dunia mistis seperti ditunjukkan kepada 25 KH Asrori Al-Ishaqi yang wafat 18 Agustus 2009 adalah mursyid Thoriqoh Qadiriyah wan Naqsabandiyah dan pendiri Pesantren Al-Fithrah Kedinding Kenjeran Surabaya. Ia putra Syekh Usman Al-Ishaqi. Nama Al-Ishaqi dinisbahkan kepada maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena Syekh Usman masih keturunan Sunan Giri. Ia menjadi mursyid Thoriqoh Qadiriyah wan Naqsabandiyah menggantikan ayahnya, Syekh Usman Al-Ishaqi. Syekh Usman adalah salah satu murid KH Romli Tamim, ayah KH Musta’in Romli, Rejoso Jombang. Lihat 19 Agustus 2009. alam gaib bangsa Jin. Itu dilakukan hingga usia remaja. Ketika menjelang dewasa, perjalanan spiritual itu dilanjutkan dengan mengembangkan secara pribadi tetapi masih dalam pantauan kedua orang tuanya. Sehingga apa yang dilakukan Kiai Muzakkin benar-benar matang dan tidak berdampak pada risiko yang negatif stress karena tidak kuat dengan ilmunya. Pengalaman spiritual itu berlanjut dengan melakukan meditasi di beberapa tempat seperti di makam Walisongo dan tempat-tempat keramat lainnya. Mengapa perjalanan spiritual ini harus dilakukan di tempat tersebut? Menurut Kiai Muzakin karena di tempat itu terminalnya barang gaib jin Islam yang bisa diajak komunikasi untuk kepentingan sesuatu. Dari situlah Kiai Muzakin yang sudah melekat dalam spiritual merasa dekat dengan Allah SWT. Pengalaman beragam spiritual itulah yang melahirkan berdirinya sebuah lembaga yang bernama pesantren yang diberi predikat dengan “spiritual”. Kehidupan keseharian Kiai Muzakin, sebagaimana saya lihat selama berinteraksi dengannya, tidak jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat lainnya. Ia menjalani hidup dan bergaul dengan masyarakat yang memiliki status dan tingkatan sosial yang beragam. Suatu hari saya diajak olehnya berkeliling wilayah Paciran baik untuk sekedar makan dan minum di warung kopi maupun untuk diperkenalkan dengan tempat-tempat ziarah seperti masjid dan makam Sunan Sendangduwur, dan lokasi-lokasi pesantren seperti pesantren Al-Islam Lamongan dan makam Amrozi yang terkenal dengan kasus bom Bali. EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 105 25-Nov-15 55043 AM 106EDUKASI Jurnal Penelian Pendidikan Agama dan KeagamaanHUSEN HASAN BASRISaat ini, selain sebagai pendiri pesantren spiritual ia juga memimpin sebuah lembaga swadaya masyarakat di antaranya LCW Lamongan Corruption Watch, JCW Jawa Timur Corruption Wacth dan BPAN-RI Badan Penyelamat Aset Negara Republik Indonesia. Keterlibatan dalam lembaga-lembaga tersebut bukan tanpa alasan, karena ia adalah seorang ahli hukum dan dosen pasca sarjana hukum di beberapa kampus di Jawa Timur. Ia juga adalah konsultan hukum yang menangani permasalahan hukum kasus pidana maupun perdata, khususnya dunia korupsi sesuai dengan lembaga yang dipimpinnya. Atas peran dan kiprahnya dalam bidang pemberantasan korupsi, Prof. Nils Bubandt, seorang akademisi dan guru besar Anthropology Aarhus University Denmark, dalam bukunya yang berjudul Democracy, Corruption and The Politics of Spirits in Contemporary Indonesia, mengupas tuntas seputar perjalanan dan kiprah perjuangan Kiai Muzakkin dalam pemberantasan korupsi dengan pendekatan spiritual. Kiai Muzakkin dapat disebut seorang seniman dan budayawan. Pasca peristiwa bom Bali tahun 2003, Kiai Muzakkin menulis sebuah puisi dengan judul “Jihad Lalat”. Puisi tersebut dalam rangka mengkritisi pemahaman tentang berjihad yang dilakukan oleh Amrozi cs. Jihad lalat itu sebagaimana yang tertulis di puisi berikut ini Jangan kau potong satu punAyat-ayat Allah yang panjang ituJangan kau tembak lalat yang menempel di badankuHanya untuk kepentingan sesaatApalagi dengan meriam dan nuklirmuApalagi dengan bom dan rudalmuJangan kau paksa berjihad karena satu lalatBerbahaya ..................................Aku mengerti kau pejuangAku bangga kau penegak kebenaranKenapa kau potong Ayat-ayat AllahHingga nyawa melayang tersia-siaHidup ini berjuangBukan pembunuhanKerja baik karena imanBukan merampok demi IslamJangan potong satu punAyat-ayat Allah yang panjang ituWalaupun kau mampuBuikin dunia jadi abuSecara keseluruhan, isi puisi tersebut mengandung pesan moral terhadap sese-orang yang melakukan jihad agar tidak menggunakan ayat-ayat al-Qur’an yang se-potong-potong karena pemahaman demi-kian akan berdampak negatif terhadap Islam itu sendiri dan masyarakat pada umum-nya. Ia juga menulis dua buah judul puisi untuk menggambarkan kota Lamongan, yaitu Lamongan Mengguncang Dunia dan Lamongan Kota Soto. Judul puisi pertama berisikan Lamongan sebagai sebuah kota yang awalnya dibanggakan men jadi kota yang memprihatinkan karena ada seorang warga Lamongan yang telah meng-hancurkan pulau Bali. Sedangkan judul puisi yang kedua berisikan tentang keter-kenalan satu masakan khas Lamongan, Soto, yang menghiasi dari pelosok desa sampai ibu kota. Selain ketiga puisi tersebut, ia juga menulis judul puisi Perjuangan Belum Selesai yang berisikan curahan sang penulis EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 106 25-Nov-15 55043 AM 107Volume 13, Nomor 1, April 2015SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGANpuisi tentang kondisi bangsa dan negara Indonesia, dan puisi berjudul Profesor Kuncir yang ia tulis bagi Prof. Drs. H. Mas Akhmad Ikhsan, seorang dosen Emiritus University of Michigen University of Wisconsin, Kepandaiannya dalam bidang tarik suara, Kiai Muzakkin membuat sebuah CD lagu yang ia kumpulkan pada saat ia bernyanyi di acara JCW. Lagu favoritnya berjudul Sempurna karya H. Rhoma Irama. Ketika saya tanya mengapa judul lagu sempurna itu adalah favoritnya, ia menjawab ”lagu itu menggambarkan kesempurnaan wanita sebagai bukti kesempurnaan ciptaan Allah, dan menyanyikan lagu itu sebagai bagian dari perjalanan spiritual”. Kisah perjalanan hidup Kiai Muzakkin secara implisit disebut oleh dirinya sebagai “perjalanan spiritual” dalam rangka menjadi “seorang spiritualis”. Kisah hidupnya sejak masa kecil, remaja, dewasa, pendiri sekaligus pimpinan Pesantren Dzikrussyifa’, pimpinan LCW, pimpinan JCW, pimpinan BPAN-RI, telah membentuk pemaknaannya terhadap spiritualitas. Spiritual didenisikan dan dimaknai oleh Kiai Muzakkin sebagai upaya untuk menyatukan rahasia ilahi dengan konsep kehidupan rohani melalui pendekatan zikir, berkhalwat, uzlah, bertahajud, bermujahadah, bermeditasi dan berkontemplasi untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagai wujud “perjalanan spiritual”. Orang yang menjalankan dunia spiritual, katanya, berarti belajar menyingkap rahasia alam gaib. Setiap orang bisa menjalankan “perjalanan spiritual”. Ia mengartikan “perjalanan spiritual” sebagai proses perjalanan mencari Tuhan. Baginya, spiritualitas tidak dibatasi agama, kultur, budaya maupun ideologi. Menurut Kyai Muzakkin bahwa hasil dari “perjalanan spiritual” adalah menyatunya jiwa dan raga dengan sang maha pencipta. Ia mencontohkan kasus Syekh Siti Jenar syekh Lemah Abang. Karena tingkat tingginya perjalanan spiritual yang dilakukan Syekh Siti Jenar syekh Lemah Abang, maka apa yang keluar dari mulutnya hanya kata-kata Allah, Allah, Allah saja. Menurutnya, bagi masyarakat yang belum memahami spiritualitas akan mengklaim bahwa Syekh Siti Jenar mengaku sebagai Tuhan. Padahal aslinya tidak ada kesempatan untuk berkata lain selain Allah, Allah, Allah dan Allah. Walaupun demikian, di hadapan Allah orang yang melakukan “perjalanan spiritual” sudah digolongkan orang yang mempunyai nilai makrifat itu. Karena itu, ungkap Kiai Muzakkin, semakin tinggi tingkat spiritualitas maka akan semakin tidak dipahami kecuali oleh orang yang sama-sama mempunyai ting-katan perjalanan spiritual yang selevel. Ia mencontohkan Dulu pada saat Nabi Muhammad melakukan Isra Mi’raj dikatakan majnun oleh kaum Quraisy. Karena orang yang mengatakan, tingkat spiritualnya belum selevel. Begitu juga orang yang memahami tentang Gus Dur, jika ilmu spiritual masih jauh di bawahnya maka Gus Dur pun diang-gap “tidak waras”. Contohnya, pernah dit-nah selingkuh dengan seorang wanita, pa-dahal secara logika Gus Dur tidak ada niat untuk berbuat ke arah sana. “Pengetahuan spiritual” menjadi “ilmu spiritual” itu jika sudah dipraktikkan dalam kehidupan se-hari-hari melalui pendekatan kontak batin dengan Tuhannya. Jika dulu peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad tidak masuk akal, tetapi ketika sekarang ini sudah ada Garu-da Air, Lion Air dan lain sebagainya, maka EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 107 25-Nov-15 55043 AM 108EDUKASI Jurnal Penelian Pendidikan Agama dan KeagamaanHUSEN HASAN BASRIperistiwa Isra Mikraj bisa disambungkan menjadi sebuah disiplin ilmu yang masuk akal dunia penerbangan. Apa arti “pesantren” dan “pesantren spi ritual”. Kiai Muzakkin mengatakan bahwa pesantren sendiri merupakan sarana untuk melakukan perjalanan spiritual. Me-nurutnya, pesantren sebagai sarana dan spiritual adalah isi dari pada perjalanan spiritual itu. Sedangkan Pesantren Dzikrussyifa’ adalah faktor sejarah di mana pesantren ini sebelumnya memang dihuni oleh bangsa-bangsa jin dan itu tidak terjadi pada pesantren pada umumnya, selain itu mempunyai ciri khas yaitu santrinya orang yang sakit jiwa, pencandu narkoba, mantan preman, anak jalanan, dan juga bangsa jin. Kiai Muzakkin memaknai “pesantren spiritual” adalah Pesantren spiritual itu 1 tidak ada di Indonesia bahkan di dunia, 2 adanya hanya di Pesantren Spiritual Dzikrusyifa’ Asma’ Berojomusti, dan 3 dunia spiritu-al itu wilayah Allah. Setiap orang berke-sempatan untuk melakukan perjalanan spiritual. Bahkan di luar Islam, Hindu dan Budha melakukan perjalanan spiritual. Jika muncul candi Prambanan di Magelang dalam satu malam, itu bukan hal yang aneh. Karena kejadian itu dilakukan melalui pros-es perjalanan spiritual orang Buddha dan Hindu. Perjalanan spiritual itu dilakukan seseorang akan kehendak Allah. Walaupun orang tersebut tidak beragama Islam. Jadi, menurut Kiai Muzakkin, pesantren spiritual itu mengadopsi dari rahasia ilahiah. Ia menyatakan bahwa bagi mereka yang belum tahu dunia spiritual itu dianggap hal yang aneh karena mereka tidak tahu apa makna spiritual itu sendiri. Padahal pada diri seseorang mulai dari kandungan ibu sampai ia lahir di dunia dibekali spiritual oleh Allah. Itulah yang seharusnya dipahami oleh semua orang agar bisa mengerti makna yang sebenarnya apa spiritual Su Dunia Islam dan Sustik ala WalisongoMengapa pemaknaan spiritualitas seperti itu? selain pengalaman kehidupan, ada satu model spiritual yang memengaruhi pemaknaan spiritualitas menurut pimpinan Pesantren Dzikrussyifa’, yaitu para su dunia Islam dan sustik ala Walisongo. Salah satu buku yang ditulis Kiai Muzakkin yang berjudul Dzikir Menuju Tasawuf Penyejuk Hati, Penenang Jiwa dapat menjadi petunjuk bagaimana pemahamannya ter-hadap tasawuf yang merupakan bentuk spiritualitas tasawuf, dalam pandangan Kiai Muzakkin adalah sinonim dari ilmu qulub, ilmu asror, ilmu ma’arif, ilmu bathin, ilmu ahwal wa al-maqomat, ilmu suluk, ilmu thariq dan ilmu mukasyafah. Jalan yang ditempuh untuk bertasawuf adalah dengan jalan dzauq perasaan. Jalan ini berbeda dengan orang-orang salaf, mutakallimin dan losof. Dengan mengutip imam Suhrawardi, Kiai Muzakkin menguraikan bahwa keadaan atau tingkah laku orang-orang mutashowwin kaum su ada dua sebagaimana yang terkandung dalam al-Qur’an surah As-Syuro ayat 13 Allah menarik pada agama itu orang yang dikehendakinya dan memberi petunjuk pada agama Nya orang yang kembali kepada-Nya. Lebih lanjut, ia mengungkapkanKeadaan atau tingkah laku yang perta-ma adalah jalannya kaum mahbubun-mur-odun yaitu orang-orang yang dicintai dan dikehendaki Tuhan. Mereka ini adalah EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 108 25-Nov-15 55043 AM 109Volume 13, Nomor 1, April 2015SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGANorang-orang yang mendapat derajat, ke-nikmatan dan kemuliaan dengan anuger-ah Allah tanpa dicari sebelumnya. Mereka mendapat kasyaf sebelum ijtihad berusaha dan tekun beribadah. Setelah Allah meng-hilangkan hijab dari hati mereka, mereka berijtihad dan beramal serta merasakan lezat atas amal perbuatannya dengan adanya nur yaqin yang telah dianugerahkan Allah di dalam hatinya. Adapun yang kedua adalah jalannya orang-orang yang disebut muhibbun-muridun, yaitu orang-orang yang cinta kepada Allah dan menyiapkan dirinya menuju jalan Allah. Pertama-tama mereka giat dengan ibadah, riyadhoh dan mujaha-dah, barulah mereka mendapat hidayah yakni kasyaf tersingkapnya hijab pada hati mereka.26 Kiai Muzakkin sependapat dengan Imam Junaid Al-Baghdadi bahwa kaum su mencapai makrifah tidak dari kitab atau guru tapi dengan menjalankan dan melaksanakan tasawuf dengan segala latihannya. Dengan mengutip Syeikh Zainuddin bin Ali Al-Malibary, ia menyatakan bahwa ada tiga jalan yang harus ditempuh dalam bertasawuf, yaitu Syariat, Tarekat, dan Hakikat. Syariat adalah aturan atau undang-undang dari Allah bagi hambanya baik berupa peraturan atau hukum. Tarekat adalah suatu cara atau pendakian yang ditempuh oleh kaum mutashowwifun untuk mencapai tujuan. Hakikat adalah keadaan salik sampai pada tujuan yaitu ma’rifatullah dan musyahadati nuri at-tajalli melihat nur yang nyata. Syariat bagi kaum mutashowwin tidak bisa ditinggalkan. Terkait dengan syariat ini, Kiai Muzakkin berkata26 Lihat Kiai Muhammad Muzakkin. 2005. Dzikir Menuju Tasawuf Penyejuk Hati, Penenang Jiwa. Pesantren Spiritual Dzikrussyifa’ Lamongan, h. 20-21Syariat adalah salah satu unsur yang harus dilaksanakan, bahkan merupakan hal yang pokok bagi yang lain. Antara syariat dengan hakikat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan bagi orang bertasawuf, satu sama lain saling berpautan oleh karena itu-lah kaum mutashowwifun berkata “sesung-guhnya hakikat tanpa syariat adalah batal dan syariat tanpa hakikat adalah tak Bagaimana hubungan antara ketiga jalan yang harus ditempuh oleh kaum mutashowwifun. Kiai Muzakkin menyatakan bahwa dalam ilmu tasawuf dikatakan bahwa syariat itu merupakan peraturan, tarekat itu merupakan pelaksanaan, hakikat itu merupakan keadaan, dan ma’rifat itu merupakan tujuan yang terakhir. Ia juga mengumpamakan hubungan tersebut dengan mengutip Imam Nawawi Al-Bantani yang mengatakan hubungan syariat, thariqat, dan haqiqat adalah syariat ibarat kapal, tarekat ibarat laut, dan hakikat ibarat permata. 28 Tentang pelaksanaan cara untuk mencapai tujuan, kaum mutashowwifun antara yang satu dengan yang lain adalah berbeda-beda. Salah satu pelaksanaan untuk mencapai tujuan melalui tiga tingkatan, yaitu tingkatan takholli, yaitu tahkolli nafsi minal ahlaqil madzmumah melepaskan diri dari akhlak yang tercela. Dari tingkatan takholli ke tingkatan tahalli, yaitu nafsi bil ahlaqil mahmudah mengisi jiwa dengan akhlak yang terpuji. Dari tingkatan inilah menuju tingkatan tadjalli kenyataan tuhan. Pelaksanaan cara untuk mencapai tujuan yang diuraikan Kiai Muzakkin 27 Ibid., h. 24-25 28 Nawawi Al-Bantani. 1359 H. Syarh Maraqi al-Ubudiyah. Bandung Ma’arif, h. 5 EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 109 25-Nov-15 55043 AM 110EDUKASI Jurnal Penelian Pendidikan Agama dan KeagamaanHUSEN HASAN BASRIhampir mirip dengan Imam Ghazali yang menggunakan istilah muhlikat dan munjiyat. Muhlikat adalah perbuatan-perbuatan yang membinasakan yang harus disingkirkan, dan munjiyat adalah perbuatan-perbuatan yang menyelematkan yang membawa manusia kepada kebahagiaan yang harus dijalankan. Imam Ghazali memberikan suatu latihan bertingkat yang disebut muroqobah dan muhasabah yang terdiri dari musyarotoh, muroqobah, mujahadah, dan mu’atabah yang akhirnya tercapailah mukasyafah tersing-kapnya hijab antara kholiq dan makhluk. Apa yang dituju dari jalan yang telah ditem puh? Artinya apa tujuan bertasawuf itu? Untuk masalah ini, Kiai Muzakkin menjelaskan Adapun tujuan orang-orang muta-showwin adalah ma’rifat billah dan insan kamil. Ma’rifat billah adalah melihat Tu-han dengan hati mereka secara jelas dan dan nyata dengan segala kenikmatan dan kebesaranNya, tetapi tidak dengan kai-yat. Artinya, Tuhan digambarkan seperti benda atau manusia ataupun yang lain de-ngan ketentuan bentuk dan rupa sebagai jawaban kaifa bagaimana zat Tuhan?. ...Istilah lain sebagai kata ganti makrifat adalah ru’yah musyahadah dan liqo’ ru’yah. Keduanya diperoleh setelah kasyaf. Ma’ri-fat billah adalah tujuan utama bagi kaum mutashowwin dan merupakan keleza-tan yang paling tinggi....Ma’rifat billah bisa diusahakan kasab dengan beberapa ting-katan, dan Ma’rifat billah bisa dicapai de-ngan adanya nur yang dianugerahkan Allah kepada hati yang bersih sesudah hamba itu terlepas dari belengu nafsu dan kotoran ma’ashi, jadi sekali-kali tidak dicapai de-ngan 29 Kiai Muhammad Muzakkin. 2005. Dzikir Menuju Tasawuf Penyejuk Hati, Penenang Jiwa. Lamongan h. Adapun tujuan bertasawuf yang lain adalah insan kamil. Menurut Kiai Muzakkin dengan mengutip konsep-konsep dari Imam Ghazali, Abi Turob An-Nachosyabi, Yahya bin Muad, Muhammad Iqbal, mengartikan insan kamil sebagai manusia yang berjiwa sempurna pada sisi Allah, ia sudah dianggap cukup untuk memberi petunjuk dan menyempurnakan hamba Allah. Ia pergi kepada Allah, ruju’ ilallah, ilmuhu min indillah. Saya melihat Kiai Muzakkin tidak sependapat dengan konsep insan kamil Ibn Arabi yang menyatakan peleburan diri dzat Tuhan dengan pribadi insan. Meskipun demikian, sebagaimana telah disebutkan, Kiai Muzakkin terlihat membela Syekh Siti Jenar syekh Lemah Abang dengan mengatakan bahwa Syekh Siti Jenar melakukan perjalanan spiritual tingkat tinggi. Karena itu, ungkap Kiai Muzakkin, semakin tinggi tingkat spiritualitas maka akan semakin tidak dipahami kecuali oleh orang yang sama-sama mempunyai tingkatan perjalanan spiritual yang para su, ajaran walisongo dan tokoh-tokoh Islam di Jawa menginspirasi pemaknaan spiritualitas menurut Kiai Muzakkin. Ia mendenisikan wali sebagai berikutWali adalah ringkasan dari waliyullah, artinya orang yang dianggap dekat dengan Tuhan. Orang keramat yang mempunyai bermacam-macam keanehan. Wali-wali itu dianggap orang yang mula-mula meny-iarkan agama Islam di Jawa dan biasa di-namakan Wali Sembilan atau Walisongo. Meskipun jumlahnya banyak dan orangnya juga bermacam-macam. Kebanyakan Wa-li-Wali itu datangnya dari negeri asing, dari 29-30EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 110 25-Nov-15 55043 AM 111Volume 13, Nomor 1, April 2015SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGANsebelah barat, dari negeri Atas Angin, dari Sumatera. Bahkan ada yang lebih jauh lagi. Sering kali asal-usulnya tidak diketahui orang dengan jelas. 30 Kiai Muzakkin menggambarkan bagai-mana wali-wali itu dalam menyiarkan agama Islam itu tidak menggunakan metode pidato atau ceramah di depan umum. Mereka berdakwah di dalam komunitas-komunitas terbatas bahkan dilakukan secara empat mata yang kemudian diteruskan dari mulut ke mulut. Saat pengikutnya bertambah banyak, muncullah tabligh-tabligh yang diadakan di dalam rumah-rumah perguruan, yang biasa dinamakan pondok. Pendidikan atau cara memberi pengajaran semacam ini pada waktu itu tidak asing lagi, karena dalam masa itu sudah ada mandala-mandala Hindu-Jawa, yang kemudian dinamakan pesantren. Baginya wali adalah orang yang menciptakan hal-hal yang aneh dan ganjil, yang tidak dapat dikerjakan oleh orang lain. Keadaan yang luar biasa itu diperoleh melalui latihan diri dalam pelajaran rahasia dan bertapa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjadi kekasih-Nya sehingga apa yang ia kehendaki tercapai. 31 Walisongo, ungkap dia, terbagi dalam dua periode, yakni periode pertama adalah para Wali yang bertugas mengislamkan penduduk tanah Jawa yang sebelumnya beragama Hindu-Buddha, sedangkan Walisongo periode kedua adalah para Wali yang bertugas mengatur roda perjalanan Islam di tanah Jawa sebagai tindak lanjut dari usaha-usaha yang telah dirintis oleh para Wali periode sebelumnya. Di antara para Wali yang termasuk periode pertama 30 Ibid., h. 50 31 Ibid., h. 52 adalah Maulana Malik Ibrahim Gresik, Maulana Ishaq, Ahmad Jumadil Qubro Mojokerto, Muhammad Ali Al-Maghribi Jati Anom, Muhammad Ali Akbar Cilegon, Malik Isro’il Cilegon, Hasanuddin Banten, Aliuddin Banten, dan Subakir. Sedangkan Walisongo yang termasuk periode kedua, yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel Surabaya, Raden Ainul Yaqin atau Sunan Giri Gresik, Raden Qasim atau Sunan Drajat Lamongan, Sayyid Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang Tuban, Raden Sa’id atau Sunan Muria Gunung Muria, Ja’far Shadiq atau Sunan Kudus Kudus, Raden Syahid atau Sunan Kalijogo Kadilangu Demak, Raden Fatah atau Sunan Demak Demak, dan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon. 32 Pembagian dua periodisasi sejarah Walisongo tersebut tidak banyak dikenal di masyarakat. Nama-nama Walisongo yang dikenal oleh masyarakat selama ini dalam pandangan Kiai Muzakkin termasuk Walisongo periode kedua, meskipun Maulana Malik Ibrahim Ibrahim tidak termasuk dan gantinya dimasukkan nama Raden Fatah atau Sultan Demak. Tidak dicantumkannya tanggal lahir dalam setiap nama Walisongo tersebut menyulitkan untuk diyakini kebenarannya. Pengaruh ajaran Walisongo terhadap pemaknaan spiritualitas pada Kiai Muzakkin dapat dilihat dari bagaimana ia menggambarkan ajaran-ajaran Walisongo dan tokoh Islam di Jawa dengan cara menuliskan dalam sebuah buku dengan judul Kisah Perjalanan Tokoh Islam di Kawasan 32 Muhammad Muzakkin. 2003. Reaktualisasi Kisah Perjalanan Kehidupan Raden Noer Rachmat Sunan Sendangduwur Paciran Lamongan Jawa Timur. Lamongan Percetakan Graka, h. 9-11EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 111 25-Nov-15 55043 AM 112EDUKASI Jurnal Penelian Pendidikan Agama dan KeagamaanHUSEN HASAN BASRIPantura Dalam Kajian Pendekatan Perspektif Spiritual. Buku yang diterbitkan tahun 2005 tersebut berisikan beberapa nama Walisongo dan tokoh-tokoh Islam di antaranya; Sunan Drajat, Sunan Sendangduwur, Syekh Siti Jenar, Sunan Kalijaga, Aji Saka dan Sawung-galing. Bagaimana gambaran dan ajaran wali dan tokoh-tokoh Islam di Jawa tersebut. Kiai Muzakkin menyebut Sunan Drajat sebagai wali yang berjiwa dermawan dan sosial, ahli ukir, dan pencipta Gending Pangkur. Sunan Drajat bersama dengan Sunan Kalijaga berhasil mengislamkan Adipati Semarang Ki Ageng Padan Arang atau Sunan Tembayat Bayat atau Klaten dan Tumenggung Cokrojoyo atau Sunan Usman atau Sunan Geseng. Dengan menyajikan Tembang Asmara Dana Sunan Drajat, Kiai Muzakkin menyebutkan bahwa Sunan Drajat tidak memisahkan antara syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Selanjutnya ia mengungkap hubungan syariat, tarekat, hakikat dan makrifat menurut Sunan Drajat yang digambarkan bahwa syariat adalah mengajak hal yang dhahir, tarekat mengajarkan aspek batiniah dan hakikat mengajarkan bathiniyah dari bathin itu sendiri. Sedangkan orang yang mencapai tingkat makrifat menurut Sunan Drajat, lanjut Kiai Muzakkin, adalah ibarat bintang yang muncul di siang hari bintang tersebut lenyap atau tenggelam ke dalam cahaya matahari. Dalam hal ini Sunan Drajat menyampaikan sebagaimana dikatakan Kiai Muzakkin “..Hiyang jenenge kawula, sirna datan ana keri, pan ilang wujudira, tegese wujude iki, anenggih perlamabang ira, lir lintang karahinan, kasoro-tan sang hiyang rawi..”Artinya Hilang jati diri makhluk, lenyap tiada tersisa, karena hilang wujud, ke-beradaannya, itulah juga wujud Tuhan, it-ulah yang ada ini. Adapun persamaannya, seperti bintang di waktu siang, yang tersi-nari matahari..”Perumpamaan tentang saling tidak dapat dipisahkan ketiga unsur utama, syariat, tarekat dan hakikat oleh Sunan Drajat juga dilakukan oleh para su seperti Imam Al-Ghazali dan ahli kih sperti Syeikh Zainuddin bin Ali Al-Malibary serta imam Nawawi Al-Bantani. Perumpamaan tentang perlunya kesinambungan antara syariat, tarekat dan hakikat juga menjadi perhatian utama Kiai Muzakkin dalam pemaknaan spiritualitas. Meskipun dalam perumpamaannya dalam bentuk yang berbeda, tetapi secara substansi perumpamaannya sama, yaitu sebuah penegasan tentang pertautan antara segi lahir eksoteris dan batin esoteris dalam Islam. Wujud Kongkrit Spiritualitas Pesantren Dzikrussifa’ Asma’ BerojomustiEksistensi Pesantren Dzikrussyifa’ merupa kan perwujudan dari pemaknaan pen dirinya terhadap spiritualitas. Kiai Muzakkin, sang pendiri, mengaku sebagai orang yang sedang melakukan “perjalanan spiritual” dalam rangka menuju sebagai “seorang spiritualis”. Awal kemunculan dan perkembangan Pe santren Dzikrussyifa’ didorong atas kebutuhan banyaknya pasien yang datang untuk berobat melalui pendekatan spiri-tualitas. Hal inilah yang mendorong Kiai Muzakkin membuat gotaan kamar-kamar kecil di rumahnya untuk dijadikan tempat tidur bagi pasien yang datang, dari situlah EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 112 25-Nov-15 55044 AM 113Volume 13, Nomor 1, April 2015SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGANmuncul untuk mendirikan pesantren yang bernama pesantren spiritual Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti. Proses pendirian pesantren Dzikrussyifa’ dan juga beberapa pesantren tua dan besar yang ada sampai sekarang mengikuti proses pendirian zawiyah model Walisongo. Artinya, proses pendirian dimulai dari sekedar pengajian dan bimbingan masyarakat berkembang menjadi kelembagaan pesantren. Alasan pengambilan kata “spiritual” dalam penamaan Pesantren Dzikrussyifa’ sebagai bentuk pengejawantahan dari pemaknaan spiritualitas. Pendirian Pesan-tren Dzikrussyifa merupakan sebuah “doa” seorang Kiai Muzakkin, dan kata “spiritual” adalah “kebersihan dan kebeningan” dari seorang Kiai Muzakkin yang sedang berdoa. Label “spiritual” dalam nama Pesantren Dzikrussyifa bertujuan untuk membumikan spiritualitas sebagaimana yang terkandung dalam namanya. Sedangkan “Dzikrussyifa” diambil karena berasal dari ayat al-Quran dari kata “zikir” dan “syifa” yang artinya mengingat Allah dan memohon obat kepada Allah. Artinya bahwa setiap kesembuhan hanya berhadap kepada Allah karena sembuh dan tidaknya semata-mata atas rida kuasa ilahi. Inilah yang dinamakan pendekatan spiritual yang dijalankan pimpinan Pesantren Dzikrussyifa dalam konteks tataran ilmu spiritual. Alasan Asma’ Berojomusti dijadikan nama karena itu adalah nama doa yang diwariskan oleh nenek moyang Kiai Muzakkin secara turun menurun dari Joko Tingkir Anggung Boyo. Asma’ Brojomusti adalah nama doa yang diciptakan oleh Joko Tingkir. Do’a—Kiai Muzakkin kadang-kadang menyebut mantra—Asma’ Brojomusti ini diberikan melalui ijazah yang tidak boleh ditulis. Tapi cukup dengan dihafalkan saja. Jadi yang mengetahui adalah orang yang memberi dan yang diberi. Santri pasien yang tinggal di gotaan di rumah Kiai Muzakkin semakin hari semakin banyak dan tidak bisa tertampung lagi menjadikan lokasi pesantren dipindah ke tempat yang baru. Lokasi baru pesantren tidak jauh dari rumah Kiai Muzakkin ke arah selatan kira-kira 100 meter, persisnya di perbatasan kecamatan Paciran dan kecamatan Solokuro. Posisi pesanten ini, jika dilewati dari arah utara Wisata Bahari Lamongan WBL, sekitar 7 km. Tapi jika dari arah selatan, tepatnya pesantren Al-Islam Tenggulun, kira-kira 1 km. Perpindahan dari lokasi awal ke lokasi yang baru dipenuhi dengan hal-hal spiritual. Nama Pesantren Dzikrussyifa’ muncul di media sekitar pertengahan bulan Juli 2006. Senin 3 Juli Taun 2006, Media Radar Bojonegoro,yang merupakan grup Jawa Pos, mengangkat Pesantren Dzikrussyifa’ dengan tulisan ”Melihat Ponpes Rehabilitasi Sakit Jiwa dan Pecandu Narkoba, Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti Paciran Lamongan”. Media itu menceritakan tentang proses penyembuhan orang yang mengalami sakit jiwa dan pecandu narkoba. Berita Mingguan Investigasi Bidik edisi 328/29 Juli-4 Agustus 2006 menurunkan laporannya dengan judul “Pondok Pesantren Rehabilitasi Narkoba”. Berita Mingguan itu juga melaporkan tentang proses penyembuhan penyakit jiwa dan pecandu narkoba melalui doa dan zikir. Selain dikaitkan dengan penyakit jiwa dan pecandu narkoba, awal kemunculan Pe-san tren Dzikrussyifa’ di media juga di kait kan dengan berita penegakkan hukum terutama dikaitkan dengan sosok Kiai Muzakkin EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 113 25-Nov-15 55044 AM 114EDUKASI Jurnal Penelian Pendidikan Agama dan KeagamaanHUSEN HASAN BASRIsebagai ketua Lamongan Corruption Watch LCW. Berita Mingguan Investigasi Bidik edisi 330/12-18 Agustus 2006 menurunkan berita tentang warga Desa Banjarwati yang melaporkan dugaan penjualan tanah tak bertuan berupa bukit oleh oknum aparat Desa Banjarwati kepada salah satu warga kota Surabaya dengan harga murah. Pemberitaan media tentang Pesantren Dzikrussyifa’ yang khusus menangani orang yang sakit jiwa dan pecandu serta peranannya dalam penegakan hukum terus berlanjut. Media Posmo edisi 426, 04 Juli 2007 mengangkat Pesantren Dzikrussyifa’ yang menyembuhkan orang gila hanya semalam. Harian Radar Bojonegoro, Kamis 3 Juli 2008 mengangkat berita tentang LCW yang berjanji akan mengawal pungli di lingkungan kantor Kementerian Agama Lamongan. Liberty edisi 1-10 Oktober 2008 menulis bahwa Kyiai Muzakkin dipercaya mempunyai tenaga dalam yang mampu menyembuhkan orang-orang gila hanya dengan sekali sentuh. Harian Kompas, Jum’at, 21 November 2008 menulis berita dengan judul “Ponpes Dzikrussyifa, Rumah bagi Pecandu Narkoba dan Sakit Jiwa”. Majalah Liberty edisi 1-10 April 2009 menurunkan kembali laporan tentang Pesantren Dzikrussyifa’ dengan tulisannya yang berjudul “Batu Sunan untuk Penyakit Bandel”. Media itu menulisBerkat olah spiritualnya di Sendang Duwur, HM Muzakkin mendapatkan sebuah batu bertuah yang kemudian diberi nama batu sunan. Batu sunan yang dipadukan de-ngan kekuatan doa dan tenaga dalam inilah yang menjadi media mengobati berbagai macam penyakit. Media yang mengaitkan Pesantren Dzikrussyifa’ dengan makhluk jin adalah Surya, Jum’at 28 Agustus 2009. Media tersebut menyebut ada 63 jin yang ikut nyantri di Pesantren Dzikrussyifa’. Disebutkan juga di media Surya tersebut bahwa ke-63 jin tersebut giat berpuasa dan mengaji. Media lainnya yang menyebut Pesantren Dzikrussyifa’ sebagai Pesantren Jin adalah Liberty dalam edisi 1-10 September 2009 dengan laporannya berjudul “Mengunjungi Pesantren Jin Lamongan Salam Tiga Kali, Jum’at Kliwon Menampakkan diri”. Harian Surya, Kamis, 10 Desember 2009 menulis berita dengan judul “1000 Jin ikut Turun Jalan”. Surya menulis judul itu dalam rangka hari antikorupsi. Selanjutnya, Liberty dalam edisi 1-10 Januari 2010 kembali menurunkan laporannya dengan judul “Puluhan Jin Dikerahkan untuk Perbarui Tumbal Tanah Jawa”. Dalam laporan tersebut, nara sumber yang diwawancarai adalah Kiai Muzakkin. Harian Memo Jumaat Legi, 12 Februari 2010, menulis berita terkait peringatan 40 hari meninggalnya Gus Dur dengan judul “Seribu Jin Doakan Gus Dur”. Pemberitaan Pesantren Dzikrussyifa semakin intens saat ada Pemilihan Umum anggota legislatif 9 April 2014. Media mengangkat Pesantren Dzikrussyifa’ karena tidak sedikit calon anggota legislatif yang kalah mendatangi Pesantren itu dengan tujuan yang beragam. Bahkan judul yang diangkatnya pun menggunakan Pesantren Jin, misalnya harian Republika, Kamis, 17 April 2014 mengangkat judul “Caleg Depresi Pun Mengadu Ke Ponpes Jin”. Di beberapa media online diangkat berita Pesantren Dzikrussyifa dengan label Pesantren Jin. Beberapa media online dapat disebutkan di sini antara lain Minggu, 13 April dengan judul EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 114 25-Nov-15 55044 AM 115Volume 13, Nomor 1, April 2015SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGAN“Puluhan Caleg Stres Terapi di Pondok Pesantren Jin di Lamongan”; Sabtu, 3 Mei 2014 dengan judul “Mengintip pesantren Jin’ di Lamongan Yang Obati 58 Caleg Stres”; dan Senin 14 April 2014 dengan judul “Kiai Muzakkin Gunakan Jin Obati Caleg Stres”. Dari gambaran itu terlihat bahwa awalnya media menyebut Pesantren Dzik-rus syifa’ hanya sebagai Pesantren rehabi-litasi bagi orang yang sakit jiwa dan pecandu narkoba. Tetapi, setelah maja-lah Liberty edisi 1-10 September 2009 dan diikuti oleh beberapa media lainnya Pesantren Dzikrussyifa’ dikaitkan dengan istilah “pesantren jin”. Meskipun tidak semua melabeli Pesantren Dzikrussyifa’ sebagai Pesantren Jin, media memiliki aspek marketing yang memerlukan suatu berita yang dapat dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. Saya mempunyai kesan terhadap penamaan Pesantren Dzikrussyifa’ yang dikenal media sebagai Pesantren Jin sebagai “iklan gratis” Pesantren Dzikrussyifa dari media. Tujuan pendirian Pesantren Dzikrussyifa diilhami oleh salah satu ayat suci al-Quran yang berbunyi ud u ila sabili rabika bilhikmati wal mauidhatil hasanati wa jadilhum billati hiya ahsan Q,S An-Nahl, 125. Artinya ajaklah kepada jalan Allah dengan cara bijaksana dan nasihat yang baik, dan bertukar pikiran. Menurut Kiai Muzakkin, bijaksana hikmah di sini oleh para mubaligh dan para kiai belum dipraktikkan secara maksimal bahkan masih jauh dari proporsi yang sebenarnya. Umumnya, kata Kiai Muzakkin, ketika berdakwah hanya di lingkungan pesantren, masjid, musholla dan di mimbar panggung. Padahal mereka itu sudah berada di jalan Allah. Alangkah indahnya orang yang terpinggirkan seperti para penjudi, para pemabuk, para preman, PSK, dan lain-lain kemudian diberi dakwah agar bisa ke jalan Allah seperti halnya orang-orang yang sudah ada di dalam masjid dalam rangka melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Pastinya itu, ungkapnya, akan lebih arif dan bijaksana bilhikmah. Menurut Kiai Muzakkin, Sunan Drajat memberikan konsep empat pilar kehidupan itu juga menerapkan bilhikmah, seperti 1 menehono teken marang wong kang wuto, 2 menehono mangan marang wong kang luwe, 3 menehono busono marang wong kang wudo, 4 menehono ngiup marang wong kang kudanan. Artinya 1 berilah tongkat kepada orang yang buta, 2 berilah makan kepada orang yang kelaparan, 3 berilah pakaian pada orang yang telanjang, 4 berilah tempat berteduh kepada orang yang Pengutipan ajaran Sunan Drajat dalam menjelaskan metode dakwah menunjukkan bahwa ada spiritualitas Walisongo ajaran dakwah Walisongo memengaruhi spiritualitas Kiai Muzakkin di dalam menjalankan aktivitas Pesantren Dzikrussyifa’. Karena itu, tujuan pendirian Pesantren Dzikrussyifa’ disesuaikan dengan empat konsep dasar dakwahnya Raden Qasim Sunan Drajat tersebut, yaitu sebagai berikut 1 mencetak santri yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT supaya tidak termarjinalkan di tengah masyarakat, dan 2 memberikan pengajaran keislaman, akhlakul karimah, berkepribadian utuh, mandiri, cerdas, memiliki kemampuan 33 M. Muzakkin. 2005. Kisah Perjalanan Tokoh Islam di Kawasan Pantura Dalam kajian Pendekatan Perspektif Spiritual. Lamongan Pesantren Spiritual Dzikrussyifa Sekanor Sendangagung Paciran, h. 2 EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 115 25-Nov-15 55044 AM 116EDUKASI Jurnal Penelian Pendidikan Agama dan KeagamaanHUSEN HASAN BASRIintelektual, prefesionalisme dalam mengem-bangkan fungsi keagamaan agar tidak menjadi generasi yang dianggap mempunyai kekurangan mental spiritual terus menerus. Tujuan pendirian Pesantren Dzikrussyifa’ nampaknya mengikuti modeling Walisogo yang tujuan pendirian “pesantren”nya diorientasikan untuk mengintensifkan dak-wah dan pengajaran masyarakat. Spiritual KerakyatanMenganut paham spiritualitas tidak berarti harus menjauhkan diri dari hal-hal keduniawian. Melalui pemaknaan spi-ritualitas tersebut Kiai Muzakkin terlibat dalam penyelesaian permasalahan masya-rakat. Karena itu, selain pusat pengobatan, pesantren ini juga terlibat dalam gerakan sosial kemasyarakatan harakatul ijtimaiyah seperti LCW Lamongan Corruption Wacth, JCW Jatim Corruption Wacth, BPAN-RI Badan Penyelamat aset negara Republik Indonesia. Lembaga-lembaga itu berkiprah dalam investigasi pemberantasan korupsi, penegakan hukum, dan pelayanan Lembaga-lembaga itu didirikan atas dasar untuk berdakwah tidak bertujuan untuk mencari kekurangan, kejelekan dan kesalahan orang lain, lebih-lebih bertujuan untuk menghakimi atau menghukum sese-34 Beberapa kasus sudah ditangani adalah kasus kasda gate yang melibatkan mantan bupati Sidoarjo Winhindarso yang terjerat dengan hukuman pidana, kasus mega proyek Jabung di kecamatan Laren kabupaten Lamongan dengan melibatkan kepala desa Jabung Roji, dkk terpidana. Sebenarnya, masih banyak kasus-kasus yang sedang ditangani oleh Kiai Muhammad Muzakkin diantaranya mega proyek PT Aplus Perusahaan Malaysia di desa Prupuh kecamatan Panceng kabupaten Gresik yang kasus ini sampai saat ini ditutup oleh Buapati Gresik Sambari Halim atas laporan JCW ke KPK. orang tetapi media untuk berdakwah dengan cara yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagaimana dalam haditsnya “Man roa minkum munkararon falyugoyyir biyadih, failam yastathi fa bilisanihi, failam yastathi fa biqolbihi wahuwa adha’ful iman”. Artinya barang siapa dari kamu semuanya yang melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tanganmu kekuasaan, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisanmu, dan jika tidak mampu rubahlah dengan hati. Hal itu adalah selemah-lemahnya iman. Lembaga-lembaga tersebut memiliki moto “dicari karena berani, bicara karena fakta”. Menurut Kiai Muzakkin, moto itu dimaksudkan jangan berani karena dibayar atau ada orang yang membekingi. Apa yang dilakukan juga harus berdasarkan fakta yang valid. Visi dan misinya diarahkan untuk berdakwah dan dalam rangka menyampaikan risalah Rasulullah agar umat bisa berbuat baik dan taat terhadap hukum baik urusan negara maupun akhirat. Unsur spiritual dalam visi dan misi lembaga-lembaga ini diejawantahkan dengan ditekankan prilaku ajaran yang benar yang berorientasikan “keakhiratan”. Di sini nampak ada spiritualitas dan kesinambungan antara doa “robbana atina ddunya khasanah wa l akhierati hasanah waqina adabannar”. Artinya, ya Allah ya tuhanku berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka. Menghubungkan LCW, JCW, dan BPAN-RI dengan spiritualitas merupakan bentuk konkret dari konsep Rasulullah tentang “khoirunnas anfauhum linas” yang artinya sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermafaat bagi manusia lainnya. Inilah mengutip istilah Tolkhah EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 116 25-Nov-15 55044 AM 117Volume 13, Nomor 1, April 2015SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGANHasan yang saya sebut—meskipun agak berlebihan—sebagai “Tasawuf Kerakyatan”. Tasawuf kerakyatan atau gerakan spiritual kerakyatan diwujudkan dengan banyaknya orang yang mempunyai kasus hukum dan problem rumah tangga yang minta bantuan pendampingan dan solusi spiritual yang bersifat magic agar apa yang menjadi problemnya bisa teratasi dan dimenangkan di pengadilan. Pembiasaan dan pembudayaan spiritual kerakyatan melalui beberapa praktik keagamaan seperti sering menjalankan puasa senin-kamis, tidak tidur sore, banyak berzikir dan menjauhi perilaku maksiat agar hidup lebih tenang dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Spiritual kerakyatan mensyaratkan adanya pemahaman tentang hukum, sosial, budaya, dan kemampuan SDM terutama Agama. Nilai spiritual kerakyatan di Pesantren Dzikrussyifa’ di antaranya adalah mengembangkan ajaran inti tasawwuf yaitu sabar, nriman, loman, akas, temen. Yang artinya sabar itu adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Nriman adalah identik dengan qanaah, loman identik dengan shadaqoh, akas identik dengan berkarya, dan temen identik dengan konsisten. Kelima ajaran tasawuf kerakyatan Pesantren Dzikrussyifa’ terpampang di gerbang pintu saat kita akan masuk ke dalam Pesantren Dzikrussyifa’.PENUTUPKesimpulanPimpinan Pesantren Dzikrussyifa, Kiai Muzakkin memaknai spiritualitas lebih dekat kepada pemahaman istilah susme tasawuf atau dengan aspek yang lebih praktis dari tasawuf, yakni tarekat. Karenanya, secara teoritis dan losos susme Imam Al-Ghazali, Imam Al-Junaid Al-Baghdadi dan Walisongo memengaruhi Kiai Muzakkin dalam memaknai spiritualitas. Jika ditakar melalui konsepsi tasawuf Sunni dan tasawuf falsa, pemaknaan Kiai Muzakkin terhadap spiritualitas dipengaruhi oleh tasawuf Sunni. Artinya, Pemaknaan spiritualitas ini diilhami oleh eksistensi susme atau tarekat yang sudah lama berkembang di pesantren. Aktivitas spiritual sudah dimulai sejak akan didirikannya pesantren. Pendirian pesantren dimaksudkan untuk mencontoh tujuan “pesantren” Walisongo. Mengacu kepada polarisasi tarekat elitis dan tarekat rakyat sebagaimana dipopulerkan oleh Tolkhah Hasan, Pesantren Dzikrussyifa’ mengambil jalan yang kedua, yakni tarekat rakyat. Pengambilan tarekat rakyat ini untuk mengisi model tasawuf yang terasa kurang daya dorongnya. Pesantren Dzikrussyifa’ sedang—mungkin akan terus—mengorientasikan aktivitasnya kepada “spiritual kerakyatan”. Karenanya, peran dan fungsi Pesantren Dzikrussyifa’, tidak sekedar sebagai pusat pendidikan tetapi sebagai pusat bimbingan spiritual dan pusat rehabilitasi narkoba, bahkan sebagai pusat bantuan hukum. EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 117 25-Nov-15 55044 AM 118EDUKASI Jurnal Penelian Pendidikan Agama dan KeagamaanHUSEN HASAN BASRISaran dan Rekomendasi Dari kesimpulan tersebut, penulis menyarankan pertama, spiritualitas model Pesantren Spiritual Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti dapat dijadikan model pengembangan daya dorong potensi tasawuf oleh pesantren-pesantren lainnya. Kedua, Pengembangan spiritualitas oleh Pesantren Dzikrussyifa’ bisa dijadikan model pengembangan pendidikan karakter dan pendidikan multikultural yang selama ini didengung-dengungkan oleh publik. Ketiga, melakukan penelitian tema yang sama dengan pesantren yang berbeda. SUMBER BACAANBuku dan MakalahAl-Bantani, Nawawi 1359 H Syarh Maraqi al-Ubudiyah. Bandung, Ma’arif,Bungin, Burhan 2007 Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta, Martin Van 1999 Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia. Bandung, Mizan,Dhoer, Zamkhsari 1982 Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta, LP3ES. Hana, Muchlis Hana, editor 2010 Spiritualitas dan Akhlak, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang Dan Diklat Kementerian Agama. Hasan, Muhammad Tholhah 2010 Pesantren dan Sikap Inklusivisme Neosusme, Makalah tidak diterbitkan yang disampakain dalam halaqoh ulama, Pesantren Sebagai Pusat Peradaban Islam, Bogor 13-14 1961 “Susm as a category in Indonesian Literature and History”, dalam JSEAH,2. Lombard, Denis 2005 Nusa Jawa Silang Budaya, Bagian II Jaringan Asia. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. Madjid, Nurcholis 1974 “Tasauf dan Pesantren”, dalam Dawam Rahardjo ed, Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta, LP3ES. _________2009 Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta, Paramdina bekerjasama dengan penerbit Dian RakyatMas’ud, Abdurahman 2006 Dari Haramain Ke Nusantara Jejak Intelektual Arsitek EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 118 25-Nov-15 55044 AM 119Volume 13, Nomor 1, April 2015SPIRITUALITAS DAN PESANTREN SPIRITUAL DZIKRUSSYIFA ASMA BEROJOMUSTI LAMONGANPesantren. Jakarta, Kencana Prenada Media Group,Mastuhu 1994 Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. INIS, Jakarta. Muzakkin 2003 Reaktualisasi Kisah Perjalanan Kehidupan Raden Noer Rachmat Sunan Sendangduwur Paciran Lamongan Jawa Timur, Gra Kisah Perjalanan Tokoh Islam di Kawasan Pantura Dalam Kajian Pendekatan Perspektif Sipiritual, Lamongan, Pesantren Spiritual Dzikrussyifa Dzikir Menuju Jalan Tasawuf, Lamongan, Keluarga Besar Asma’ Berojomusti Pesantren Spiritual Dzikrussyifa’ Sekanor Sendangagung Paciran Lamongan_________2005 Rahasia Alam Kubur Keberadaan Jenazah & Perlakukan Malaikat, Lamongan, Keluarga Besar Asma’ Berojomusti Pesantren Spiritual Dzikrussyifa’ Sekanor Sendangagung Paciran Lamongan_________2009 Merakit Kembali Sejarah Berserakan; Siapa Raden Noer Rachmat Sunan Sendangduwur?, Lamongan, Tim Investigasi JCW kerjasama dengan LCW dan Lembaga Pondok Pesantren Dzikrussyifa’ Asma’ Berojomusti. Ricklefs, 2012 Mengislamkan Jawa Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penengtangnya dari 1930 sampai sekarang. Jakarta, Serambi Ilmu SemestaShihab, Alwi 2009 Antara Tasawuf Sunni & Tasawuf Falsa Akar Tasawuf di Indonesia. Depok, Pustaka S 1978 “The Pesantren Tarikat of Suralaya”, dalam ed, SPECTRUM. Jakarta, Dian Rakyat. Media Cetak dan Media OnlineBidik edisi 328/29 Juli-4 Agustus 2006Bidik edisi 330/12-18 Agustus 2006 Kompas, Jum’at, 21 November 2008 Liberty edisi 1-10 Oktober 2008 Liberty edisi 1-10 April 2009 Liberty, edisi 1-10 September 2009 Liberty, edisi 1-10 Januari 2010 Memo, Jumat Legi, 12 Pebruari 2010 Posmo edisi 426, 04 Juli 2007 Radar Bojonegoro, Senin 3 Juli 2006Radar Bojonegoro, Kamis 3 Juli 2008 Republika, Kamis, 17 April 2014 Rabu, 9 Desember 2009 Rabu, 26 Agustus 2009 Minggu, 27 September 2009 Minggu, 13 April Sabtu, 3 Mei 2014 Senin, 7 September 2014 19 Agustus 2009. Surya, Jum’at, 28 Agustus 2009. Surya, Kamis, 10 Desember 2009 Senin 14 April 2014EDUKASI V13_n1_2015 A4 isi 119 25-Nov-15 55044 AM ... They viewed 'uzlah as an attempt to balance their 'aqliyyah and nafsiyyah education. The term mental spirituality in Islamic teachings is close to the term Sufi behavior Basri, 2015. In the Sufi tradition, there is the term to manage the soul to be able to carry out shari'ah better and perform khusyū' to be closer to God. ...... The night time was used to carry out religious activities in order to train and develop a spiritual mentality starting from istighāsah, reading the awrad, reading the Qur'an, praying maktubah in congregation, praying tahajjud, praying ḍuhâ and reciting the book of Sufism. This finding reinforces Husen Hasan Basri's research that spirituality connotes and is close to the term Sufi behavior Basri, 2015. 'Uzlah can also be done with night prayers, żikr, and munājat at the time of one third of the night. ...... The meaning of spirituality is closer to understanding the term Sufism Sufism Basri, 2015. It is manifested in all forms of activities in pesantren which according to Muhaimin mental and spiritual development can be done with a religious culture strategy Muhaimin, 2002, where this strategy is implemented in the form of routine activities. ... Zaenal ArifinMayashofa RhoyachinThis article aims to investigate how santri understood the concept of uzlah in Pesantren and how they participated in uzlah activities to enhance their mentality and spirituality. Uzlah is a form of self-isolation and an effort to detach from everything dealing with the world. Its purpose is to get closer to Allah. The research applied Al – Ghazali framework theory to describe and elaborate students’ uzlah practice. The type of the research was qualitative applying phenomenology approach. The data collection technique were observation and focus group discussion for students to investigate their understanding on uzlah practice. The data analysis process applied flow models as the followings data reduction, data display, and conclusion. The research found that the santri understood concept of uzlah as the way to perform activity and a treatment that position themselves to live with the Sufi attitude without ignoring their role as a member of society. Through the activity of uzlah, santri’s spirituality and mentality were built as a form of integrity between religious activity and their factual life pattern in the society.... In practice, students will have the ability to do zikr if they always mention and remember the names of Allah in every learning activity. They get used to remembering Allah before, during, and after carrying out learning activities at school Al-Ghazali, An-Naisaburi 2013; Zohar and Marshall 2007;Basri 2015;Yasyakur 2014. ...Moh. MuslihMuhamad Rifa'i SubhiThe spiritual quotient SQ has a vital role in humans because it serves as the foundation of other intelligence. This study aims to present new insight on the taxonomy of the SQ learning outcomes for students, namely from the tasawwuf perspective. Using a qualitative meta-synthesis approach to explore various sources related to the taxonomy of the SQ learning outcomes through interpretative process, the study found that, in general, the SQ helps a person develop into a complete human being through the inclusion of the sense of worship in every action and thought. The taxonomy of the SQ learning outcomes includes the dimensions of taubat, wara’, zuhud, tawakal, zikr, khalwat, ikhlas, and ridla. If implemented in Islamic education, the said taxonomy will help students know their God, prioritize their conscience to solve problems in life and the learning activity, live life more meaningfully, and be motivated to benefit themselves and others in their learning process. Taken together, these findings strengthen the view that the spiritual quotient can make other intelligence function more A. H. JohnsIt is unfortunate that historians, as a rule, do not follow the example of social anthropologists in devoting some part of their monographs to a discussion of the theoretical problems involved in the material they have been handling. This is not of such importance in the history of Europe, where much can be taken for granted on the part of the reader. But when the European historian turns to the study of Asian history, and writes in the same way as he would were he writing the history of a European people, merely substituting an Asian set of names and places, then the result frequently lacks interest, and may even be a distortion of the general picture of the past that he wishes to relate. This holds as well for continental Asia and the island world of Indonesia as elsewhere. And it is not only in these countries that peoples, newly conscious of their traditions as national traditions, are dissatisfied with the histories written for them by foreigners. The requirements of a new type of history are formidable, and very little work has been done on the theoretical ground work involved. The aim of this paper then, is to attempt to progress a little further in the elaboration of such a historiography, and to apply the results to a segment of the data available relating to Indonesia's tidak diterbitkan yang disampakain dalam halaqoh ulama, Pesantren Sebagai Pusat Peradaban IslamMuhammad HasanTholhahHasan, Muhammad Tholhah 2010 Pesantren dan Sikap Inklusivisme Neosufisme, Makalah tidak diterbitkan yang disampakain dalam halaqoh ulama, Pesantren Sebagai Pusat Peradaban Islam, Bogor 13-14 MadjidMadjid, Nurcholis 1974 "Tasauf dan Pesantren", dalam Dawam Rahardjo ed, Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta, Langit Peradaban Islam, Jakarta, Paramdina bekerjasama dengan penerbit Dian Rakyat_________2009 Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta, Paramdina bekerjasama dengan penerbit Dian RakyatMengislamkan Jawa Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penengtangnya dari 1930 sampai sekarangM RicklefsRicklefs, 2012 Mengislamkan Jawa Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penengtangnya dari 1930 sampai sekarang. Jakarta, Serambi Ilmu Semesta Shihab, Alwi 2009 Antara Tasawuf Sunni & Tasawuf Falsafi Akar Tasawuf di Indonesia. Depok, Pustaka Pesantren Tarikat of SuralayaS SoebardiSoebardi, S 1978 "The Pesantren Tarikat of Suralaya", dalam ed, SPECTRUM. Jakarta, Dian judul "Kiai Muzakkin Gunakan Jin Obati Caleg StresCaleg Stres"; dan Senin 14 April 2014 dengan judul "Kiai Muzakkin Gunakan Jin Obati Caleg Stres".
- Era Wali Songo menandai berakhirnya dominasi Hindu-Buddha di nusantara, untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Sebagai penyebar agama Islam, nama mereka sudah sangat dikenal di kehidupan masyarakat tetapi, Wali Songo lebih sering dipanggil dengan gelarnya sebagai Sunan, daripada nama aslinya. Dalam budaya Jawa, Sunan adalah singkatan dari susuhunan, yakni sebutan bagi orang yang diagungkan atau dihormati karena kedudukan dan jasanya di masyarakat. Berikut ini tabel nama-nama Wali Songo beserta nama aslinya. Nama gelar Wali Songo Nama asli Wali Songo Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim Sunan Ampel Raden Rahmatullah Sunan Giri Muhammad Ainul Yaqin Sunan Bonang Maulana Makdum Ibrahim Sunan Drajat Raden Qasim Sunan Kalijaga Raden Mas Syahid Sunan Muria Raden Said Sunan Kudus Jaffar Shadiq Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah Baca juga Wali Songo Penyebar Islam di Tanah Jawa Sunan Gresik Nama asli Sunan Gresik adalah Maulana Malik Ibrahim atau Makdum Ibrahim lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy. Maulana Malik Ibrahim terkadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sunan Ampel Raden Rahmatullah atau Sunan Ampel dilahirkan pada sekitar 1401 Masehi di Champa. Ia adalah putra Sunan Gresik yang kemudian menikah dengan putri Tuban bernama Nyai Ageng Manila. Dari perkawinannya itu, Raden Rahmatullah memperoleh keturunan Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim Sunan Bonang, Syarifuddin Sunan Drajat, dan Putri Istri Sunan Kalijaga. Sunan Giri Sunan Giri mempunyai nama asli Muhammad Ainul Yaqin. Di samping itu, ia mempunyai banyak julukan, yakni Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, dan Joko Samudro. Muhammad Ainul Yaqin adalah keturunan ke-23 Nabi Muhammad yang kemudian menjadi murid Sunan Ampel. Ayahnya adalah Maulana Ishaq, seorang mubaligh dari Asia Tengah, sementara ibunya adalah Dewi Sekardadu, putri penguasa Blambangan pada periode akhir Kerajaan Majapahit. Baca juga Moh Limo, Ajaran Dakwah Sunan Ampel Sunan Bonang Sunan Bonang merupakan putra Sunan Ampel yang memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim. Lahir di Bonang, Tuban, pada 1465, ia telah diajarkan disiplin yang ketat sedari kecil. Sunan Ampel menamainya Maulana Makdum, yang bermakna cendekiawan Islam yang dihormati karena kedudukannya dalam Drajat Sunan Drajat adalah adik Sunan Bonang yang mempunyai nama asli Raden Qasim. Raden Qasim disebut sebagai seorang wali yang hidupnya paling bersahaja, walaupun dalam urusan dunia juga sangat rajin mencari rezeki. Di kalangan rakyat jelata, ia dikenal sebagai pribadi yang lemah lembut dan sering menolong orang-orang yang menderita. Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada 1450 dengan nama Raden Mas Syahid. Ia adalah putra adipati Tuban yang bernama Raden Sahur Tumenggung Wilatikta. Sunan Kalijaga juga dikenal dengan nama lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat berendam di sana, ia sering berendam di sungai kali atau dalam bahasa Jawa disebut jaga kali. Baca juga Sunan Kalijaga, Berdakwah Lewat Wayang Sunan Muria Sunan Muria lahir dengan nama Raden Said atau Raden Umar Said. Ketika kecil, ia juga dikenal dengan nama Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, yang terletak 18 kilometer ke utara Kota Kudus. Raden Said adalah putra Sunan Kalijaga yang juga memiliki pertalian keluarga dengan Sunan Giri, dari garis ibunya. Sunan Kudus Sunan Kudus memiliki nama asli Jaffar Shadiq. Ia adalah putra Sunan Ngundung dan Syarifah, adik Sunan Bonang. Jaffar Shadiq banyak berguru kepada Sunan Kalijaga, oleh karena itu caranya mendekati masyarakat Kudus adalah dengan sangat toleran terhadap budaya setempat yang masih kental dengan ajaran Hindu-Buddha. Salah satu peninggalan Sunan Kudus yang paling terkenal adalah Masjid Menara Kudus, yang arsiteknya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Gunung Jati Nama asli Wali Songo ini adalah Syarif Hidayatullah, yang juga dikenal sebagai pendiri Kesultanan Cirebon. Dengan begitu, Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya Wali Songo yang memimpin pemerintahan. Ia adalah putra pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Sedangkan dari pihak ibu, Sunan Gunung Jati masih keturunan Pajajaran. Referensi Restianti, Hetti. 2013. Mengenal Wali Songo. Bandung TITIAN ILMU. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Simak ulasan tentang √ anggota walisongo, √ karomah walisongo, √ Sejarah walisongo, √ biografi walisongo dan √ makam walisongo berikut. Sejarah WalisongoAnggota Walisongo1. Sunan Gresik2. Sunan Ampel3. Sunan Bonang4. Sunan Giri5. Sunan Derajat6. Sunan Kalijaga7. Sunan Kudus8. Sunan Muria9. Sunan Gunung JatiKaromah WalisongoLegenda Walisongo Menyerang MajapahitLegenda Sunan GiriLegenda Sunan BonangLegenda Sunan KudusLegenda Sunan KalijagaLegenda Pembangunan Masjid DemakLegenda Lembu Peteng Hendak Membunuh Sunan AmpelLegenda Syeh Siti Jenar Sejarah Walisongo Kata Walisongo adalah kata majemuk dari kata “Wali” dan “Songo”. Kata Wali berasal dari bahasa arab, singkatan dari kata “waliyullah” yang artinya orang yang mencintai Allah dan dicintai Allah. Dan kata Songo berasal dari bahasa jawa yang berarti sembilan. Walisongo – Tokoh Islam Nusantara Jadi Walisongo adalah kumpulan para wali yang berjumlah sembilan. Mereka adalah para wali yang mencintai Allah dan dicintai oleh Allah. Mereka dianggap sebagai ketua mubaligh islam pada waktu itu untuk berdakwah dan syiar mengenai islam. Walisongo ini adalah para wali yang menyebarkan agama islam di Jawa pada saat itu namun meluas sampai seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan murid-murid para wali yang berguru ke pesantren mereka, berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Para wali yang berasal dari Jawa atau keturunan Jawa, seringkali dikaitkan dengan legenda-legenda mistik. Sementara itu para wali yang asli Timur Tengah tidak banyak dikisahkan dalam legenda-legenda mistik. Di dalam legenda ini pengertian karomah adalah memiliki kesaktian mandraguna. Namun dalam Islam karomah adalah taqwa kepada Allah dan mendapatkan kekuatan itu atas ijin-Nya. Setiap orang memilki kelebihan masing-masing, namun dalam tingkatanya dapat dirangkum seperti berikut Mukjizat adalah kelebihan yang dimilki para Nabi. Karomah adalah kelebihan yang dimiliki para Wali. Maunah adalah kelebihan yang dimiliki orang-orang Mukmin. Begitu hebatnya penghormatan rakyat kepada para wali dapat kita lihat dari beberapa legenda dalam bentuk cerita atau dongeng yang kadang-kadang tidak masuk akal karena penuh dengan misteri dan kesaktian. Namun keberadaan Walisongo ini membuat kita paham akan susahnya dan jerih payah mereka dalam mengajarkan islam ke tanah Jawa dan menyebar ke seluruh Indonesia. Simak dan baca Penyebaran Agama Islam Anggota Walisongo Walisongo telah benar-benar membawa perubahan dan dampak yang besar terhadap masyarakat Jawa pada jaman dulu. Seperti yang kita tahu dari pelajaran di sekolah bahwa yang mayoritas orang jawa pada saat itu beragama Hindu dan Budha. Anggota Walisongo ada 9 orang, yaitu Sunan Gresik Sunan Ampel Sunan Bonang Sunan Giri Sunan Derajat Sunan Kalijaga Sunan Kudus Sunan Muria Sunan Gunung Jati Masing-masing anggota Walisongo tersebut memilki andil atau peranan yang sangat penting dalam mengajarkan agama Islam. Berikut biografi Walisongo yang perlu Anda pahami. 1. Sunan Gresik Ilustrasi Sunan Gresik – Anggota Walisongo Anggota Walisongo yang pertama adalah sunan Gresik. Sunan Gresik merupakan sunan pertama kali yang menjadi gurunya para walisongo. Beliau adalah orang tertua dari anggota walisongo yang menyebarkan agama islam ke tanah Jawa. Sebenarnya sudah ada orang Jawa kala itu yang sudah memeluk agama Islam. Karena pada saat itu islam sudah berkembang pesat di Arab, Gujarat atau Turki. Jadi islam sudah dibawa masuk oleh para pedagang dari Arab, Gujarat atau Turki tersebut. Namun pemeluk islam hanya berada di sekitar pesisir Jawa saja. Penyebaran ini melalui jalur prnikahan atau pedagang yang menetap sementara di sekitar pesisir Jawa. Sunan Gresik yang bernama asli Maulana Malik Ibrahim bukan asli orang Jawa atau orang Indonesia. Beliau berasal dari negara Champa Negeri Cermin datang ke Indonesia dan mendarat di Gresik. Setelah mendarat di pelabuhan Gresik, beliau memang berniat menyebarkan agama islam dengan pendekatan melalui perdaganagn. Maka beliau mendirikan rumah di Laren dan sebuah toko di desa Romo yang menjual barang-barang bawaannya untuk menjalankan misi dakwahnya. Beliau merangkul masyarakat saat itu dengan beramah-tamah, mengajari masyarakat saat itu dengan bercocok tanam yang baik dan sekaligus menjadi tabib. Upaya sunan Gresik akhirnya berhasil, masyarakat bersimpati kepadanya dan mulai mengikuti arahan-arahan dan ajaran-ajaran Islam. 2. Sunan Ampel Ilustrasi Sunan Ampel – Anggota Walisongo Anggota walisongo yang kedua adalah sunan Ampel. Seperti sunan Gresik, sunan Ampel juga bukan asli orang Jawa. Beliau berasal dari negeri Champa juga. Sunan Ampel dikenal dengan nama Raden Rahmat. Sunan Ampel meninggalkan Champa untuk pergi ke pulau Jawa sekitar tahun 1443. Tujuan kedatangannya ke Jawa adalah untuk menemui bibinya Dwarawati. Putri Dwarawati adalah seorang putri raja Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya. Sesampainya di Jawa beliau meminta ijin raja Majapahit untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam. Raja Majapahit setuju, asal warganya dengan sukarela memeluk islam bukan paksaan. Walau raja sendiri tidak mau memeluk islam. Sunan Ampel kemudian membangun pesantren di daerah Ampel Surabaya. Sunan Ampel sangat pintar dalam mengajarkan agama islam. Salah satu ajaran sunan Ampel yang sampai sekarang terkenal yaitu ajaran “Molimo” atau “Moh Limo”. Kata “Moh” berasal dari bahasa Jawa yang artinya tidak, dan “Limo” artinya Lima. Jadi Moh Limo adalah “Tidak melakukan lima perbuatan yang dilarang oleh Allah”. Isi dari ajaran Moh Limo adalah Moh Mabuk Tidak mabuk atau minum-minuman. Moh Main Tidak main atau tidak berjudi. Moh Madon Tidak main perempuan. Moh Madat Tidak memakai obat-obatan. Moh Maling Tidak Mencuri. Bahkan ajaran Moh Limo ini sampai sekarang masih menjadi ajaran yang dipegang umat muslim hingga saat ini. Dalam masyarakat sekarang dikenal dengan istilah 5M. 3. Sunan Bonang Ilustrasi Sunan Bonang – Anggota Walisongo Anggota Walisongo yang ketiga adalah sunan Bonang. Sunan Bonang adalah putra pertama dari sunan Ampel. Nama Bonang berasal dari Bong Ang dari marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel. Nama asli sunan Bonang adalah Raden Maulana Makhdum Ibrahim. Sejak kecil sunan Bonang belajar agama islam di pesantren ayahnya sendiri di Ampel Surabaya. Beliau pernah mendalami islam bersama saudara perguruannya yaitu raden Paku ke negeri Champa. Setelah selesai menimba ilmu, akhirnya sunan Bonang kembali ke Jawa dan mendirikan pesantren di Tuban. Dalam menyebarkan agama sunan Bonang melakukan pendekatan kepada masyarakat menggunakan musik. Bahkan beliau menciptakan alat musik Jawa yaitu gamelan sebagai sarana menarik simpati masyarakat. Salah satu alat musik gamelan ciptaannya diberi nama Bonang. Dalam menyebarkan agama islam, selain menyebarkannya dengan gamelan, beliau juga menggunakan cara dakwah dengan melalui tembang-tembang Jawa. Banyak sastra tembang yang beliau ciptakan sebagai pesan-pesan ajaran islam. Karya sastra sunan Bonang berupa suluk, carangan paweyangan dan tembang tamsil. Salah satu tembang karya sunan Bonang yang terkenal sampai sekarang adalah suluk sunan Bonang yang berbentuk prosa Jawa yang dipengaruhi oleh bahasa Arab. Hingga saat ini catatan itu masih tersimpan di Universitas Leiden, Belanda. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 Masehi dan dimakamkan di kota Wali Tuban. 4. Sunan Giri Ilustrasi Sunan Giri- Anggota Walisongo Anggota sunan yang keempat adalah sunan Giri. Sunan Giri adalah putra dari Maulana Ishaq dan Nyi Sekardadu putri Blambangan. Dalam sejarah yang diceritakan, sunan Giri pada waktu bayi dihanyutkan di selat Bali atas perintah kakeknya Raja Blambangan. Ketika dihanyutkan di selat Bali tersebut ia ditemukan oleh kapal saudagar milik seorang wanita dari Tuban bernama nyi Ageng Pinateh. Untuk itu karena ditemukan di laut sunan Giri kecil diberi nama Joko Samudro. Setelah menginjak remaja, ia belajar ilmu agama islam di pondok pesantrennya sunan Ampel di Surabaya. Dikisahkan setiap hari Joko Samudro berjalan kaki dari Tuban ke Ampel. Salah satu karomahnya sudah ia miliki sejak kecil. Beliau dapat melakukan perjalanan dengan sangat cepat dari Tuban ke Ampel Surabaya. Konon ceritanya beliau hanya beberapa menit melakukan perjalanan tersebut melalui bibir pantai Kelapa di Tuban. Setelah besar, beliau diberi nama Raden Paku oleh sunan Bonang atas titipan ayahnya yang ternyata paman dari sunan Ampel yang berasal dari Champa. Paku disini memiliki arti Paku atau tonggak agama islam di Jawa yang sangat kuat. Dengan maksud bahwa raden Paku kelak menjadi pengajar dan penyebar agama islam yang sangat berpengaruh di tanah Jawa. Beliau mendirikan pesantren di daerah Giri, Tuban. Beliau sangt berpengaruh dalam kasultanan Demak. Bahkan beliau sempat menjadi raja selama masa transisi sebelum akhirnya diserahkan kepada Raden Patah. Sunan Giri wafat pada pertengahan abad 16 Masehi dan dimakamkan di Gresik Jawa Timur. 5. Sunan Derajat Ilustrasi Sunan Derajat – Anggota Walisongo Aggota sunan yang kelima adalah sunan Derajat. Sunan Derajat adalah putra dari sunan Ampel dan Dewi candrawati, beliau juga adik dari sunan Bonang. Sunan Derajat yang dikenal dengan nama Raden Qasim belajar agama islam dari ayahnya di pondok pesantren yang ada di Ampel. Beliau terkenal dengan jiwa sosial yang tinggi dan tema-tema dakwahnya yang selalu berorientasi pada gotong-royong. Beliau selalu menolong orang-orang yang yang membutuhkan, mengasihi anak yatim dan menyantuni fakir miskin. Beliau wafat pada pertengahan abad 16 Masehi dan dimakamkan di Pacitan, Lamongan Jawa Timur. 6. Sunan Kalijaga Ilustrasi Sunan Kalijaga – Anggota Walisongo Anggota Walisongo yang keenam adalah sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah putra dari Raden Sahur tumenggung Wilatikta Bupati Tuban dan dewi Nawarum. Sunan Kalijaga masih ada keturunan dari Ranggalawe, satria sakti dari kerajaan Majapahit. Sunan Kalijaga dengan nama asli Raden Mas Syahid, dari kecil sudah belajar mengenai islam. Karena beliau dari golongan ningrat, beliau tidak merasakan kekurangan apapaun. Namun beliau sangat sedih dengan keadaan rakyat di Tuban waktu itu, maka beliau meninggalkan rumah orang tuanya untuk menjadi perampok yang baik. Beliau merampok harta para orang kaya kemudian dibagikan kepada para fakir miskin. Beliau dikenal dengan sebutan Lokajaya, perampok yang sangat ditakuti oleh para saudagar-saudagar kaya. Namun ketika beliau bertemu dengan sunan Bonang dan hendak merampoknya, beliau malah disadarkan dan mengikuti sunan Bonang untuk menjadi muridnya. Oleh sunan Bonang, Raden mas Syahid disuruh bertapa di tepi sungai untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama termasuk perbuatan merampok orang. Walaupun merampok itu tujuannya mulia untuk membantu orang miskin, tetap saja langkah yang diambil itu salah. Sekian lama berlalu sunan Bonang sampai lupa kalau menyuruh Raden Mas Syahid bertapa di tepi sungai. Ketika dihampiri, beliau sudah berjenggot bahkan sampai ada sarang burung dikepalanya. Kemudian beliau diajak suann Bonang untuk mendalami islam di pesantrennya. Karena bertapa di tepi sungai itulah, beliau dikenal sebagai sunan Kalijaga, yang artinya sunan penjaga kali atau penjaga sungai. Ketika berdakwah menyebarkan agam islam, wilayah beliau tidak terbatas. Beliau suka berkeliling dan memperhatikan masyarakat. Oleh sebab itu semua lapisan masyarakat sangat bersimpati kepadanya. Sunan Kalijaga mengikuti jejak gurunya yaitu sunan Bonang yang berdakwah menggunakan berbagai media seni. Seperti seni pertunjukan wayang kulit, seni gamelan, seni suara, seni ukir, seni busana dan kesastraan. Sunan Kalijaga wafat pada abad 15 Masehi dan dimakamkan di Kadilangu, Demak Jawa Tengah. Simak ulasan lebih detail tentang biografi, sejarah, makam dan nama asli beliau pada artikel Sunan Klaijaga berikut. 7. Sunan Kudus Ilustrasi Sunan Kudus – Anggota Walisongo Anggota walisongo yang ketujuh adalah sunan Kudus. Sunan Kudus adalah putra dari Utsman Haji. Utsman Haji adalah orang yang menyebarkan agama islam di Jipang Panolan, Blora. Sunan Kudus dengan nama asli Jafar Sodiq menyebarkan agama islam di daerah Kudus. beliau ahli dibidang ilmu fiqih, ushul fiqih, tauhid, hadist, dan logika. Untuk kepentingan dakwah, beliau menciptakan cerita keagamaan yang berjudul gending maskumambang dan Mijil. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 Masehi dan dimakamkan di pemakaman masjid Menara Kudus. 8. Sunan Muria Ilustrasi Sunan Muria – Anggota Walisongo Anggota walisongo yang kedelapan adalah sunan Muria. Beliau adalah putra dari sunan Klaijaga. Beliau berdakwah seperti ayahnya yaitu berkeliling ke daerah-daerah terpencil untuk menyebarkan agama islam. Obyek dakwahnya adalah orang-orang dari kalangan rakyat biasa seperti pedagang, nelayan dan petani. Metode dan cara dakwahnya juga banyak melalui seni kasustraan Jawa. Beliau juga menciptakan tembang Jawa yang berjudul Sinom dan Kinanti. Suann Muria wafat pada abad 16 Masehi dan dimakamkan di gunung Muria Kudus. 9. Sunan Gunung Jati Ilustrasi Sunan Gunung Jati – Anggota Walisongo Anggota walisongo yang kesembilan adalah sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati adalah cucu raja Pajajaran prabu Siliwangi. Namun demikian ada yang menceritakan kalau sunan Gunung Jati berasal dari Samudera Pasai. Menurut Purwaka Caruban Nagari, sunan Gunung Jati dihormati oleh kerajaan Demak dan Pajang. Beliau mendapatkan gelar Raja Pandita. Karena jasa beliau akhirnya islam dapat tersebar luas dan diterima oleh masyarakat Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat yang sebelumnya sangat kuat dalam memeluk agama nenek noyangnya yaitu agama Hindu. Beliau mendirikan kasultanan Cirebon dab Banten. Disamping itu beliau juga mendirikan pesantren Gunung Jati yang berada di Cirebon. Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1570 Masehi dan dimakamkan di desa Astana, Gunung Jati, Cirebon. Simak dan baca juga Peninggalan Kerajaan Islam Indonesia Karomah Walisongo Dalam menyebarkan agama islam di Jawa dan di Indonesia, anggota Walisongo sering mengalami perlawanan-perlawanan dengan kerajaan yang memerintah pada waktu itu. Namun Walisongo dengan gigih melakukan perlawanan dengan karomah yang dimilikinya. Berikut beberapa legenda yang melibatkan karomah walisongo. Legenda Walisongo Menyerang Majapahit Ada berbagai legenda dan cerita berhubungan dengan peperangan antara anggota walisongo dengan pasukan majapahit. Saat menyerang Majapahit, Sunan Gunung Jati mengibaskan surbannya, dari sana kemudian jutaan tikus keluar untuk meyerang pasukan Majapahit hingga berantakan. Selanjutnya, ketika keris Sunan Giri dihunus dari sarungnya, maka keluarlah ribuan lebah yang menyengat pasukan Majapahit. Kondisi ini membuat pasukan majapahit lari tunggang langgang diserang oleh pasukan lebah. Ketika peti mukjizat dari Palembang dibuka, terdengar suara ledakan seperti seribu petir sehingga langit menjadi suram, rumah-rumah roboh, dan bumi berguncang. Dari peti juga keluar jutaan mahkluk halus yang menimpakan malapetaka kepada pasukan Majapahit. Sementara itu, peci Sunan Bonang dapat mengeluarkan jutaan senjata yang mengamuk menghantam pasukan majapahit. Semua kisah legenda yang sangat luar biasa ini ditulis dalam kitab Walisongo dengan langgam Durma. Legenda Sunan Giri Sejak kecil Sunan Giri sudah menunjukkan karomah dalam dirinya. Pada waktu bayi ia dibuang dengan dihanyutkan di selat Bali atas perintah kakeknya. Namun ia selamat dan ditemukan oleh saudagar yang sedang berlayar di selat Bali yang pemilik kapalnya adalah seorang wanita kaya raya dari Gresik. Untuk itu masa kecilnya Sunan Giri bernama Joko Samudro. Joko artinya anak laki-laki dan Samudro artinya lautan luas. Maka Joko Samudro artinya anak laki-laki yang ditemukan di samudra selat Bali. Setelah besar ia belajar agama islam di pesantren milik Sunan Ampel di Surabaya. Sunan Giri memiliki karomah yang diberikan Allah yaitu salah satunya dapat menyabda beras menjadi selendang tenun Bali, pasir menjadi beras, dan kerikil menjadi Mutiara permata. Kalam yang sedang dipakai untuk menulis, dilemparkan kearah tantara Majapahit yang datang menyerang dapat berubah menjadi keris Kalamunyeng dan menghancurkan musuh tersebut. Saat makam Sunan Giri hendak dibongkar dan dirusak oleh tantara Majapahit, ternyata jutaan lebah keluar untuk menyerang pasukan sehingga mereka lari kalang kabut. Legenda Sunan Bonang Sunan Bonang yang masa mudanya berguru kepada ayahnya yaitu sunan Ampel, memiliki pengetahuan ilmu agama islam yang tinggi. Masa belajar di pesantren milik Ayahnya, ia berteman dengan Sunan Giri, karena memang satu pondok pesantren. Salah satu karomah Sunan Bonang yaitu dapat mengubah buah aren menjadi emas. Karomah tersebut telah membuat Brandal Lokajaya bertobat kepada beliau ketika hendak merampoknya dan akhirnya berguru kepada sunan Bonang. Legenda Sunan Kudus Sunan Kudus ketika menyerang Terung dengan tujuh prajuritnya oleh Adipati Pecattondo dilihat seperti membawa ribuan prajurit hingga sang adipati menyerah tanpa kekerasan senjata. Legenda Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga adalah putra dari adipati Tuban yang sangat kaya raya. Sunan Kalijaga muda bernama Raden Mas Syahid. Ia tidak menyukai tindakan kesewenang-wenangan dari kerajaan terhadap rakyat jelata. Pada masa mudanya sebelum bertemu dengan sunan Bonang, ia menjadi perampok yang mengambil harta para saudagar-saudagar kaya yang kemudian hasil rampasannya itu dibagikan kepada rakyat miskin. Sunan Kalijaga adalah Sunan yang memiliki banyak cerita legenda diantara sunan-sunan lainnya. Karena memang Sunan Kalijaga adalah Sunan yang paling merakyat ketika menyebarkan agama islam ke masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga adalah murid dari Sunan Bonang bersama dengan Syeh Siti Jenar. Dalam syiar agama islam Sunan Kalijaga melakukan pendekatan-pendekatan yang masih menggunakan unsur-unsur budaya Hindu atau Budha saat itu. Dengan demikian ajaran islam mudah diterima oleh masyarakat yang masih memeluk agama Hindu atau Budha saat itu. Karomah Sunan Kalijaga diantaranya Dapat menghidupkan kembali ayam tukung yaitu ayam panggang yang telah hilang brutunya. Dapat menghidupkan ikan gurameh yang tinggal tulangnya saja, karena dagingnya sudah dimakan. Dapat bertemu dan berguru pada Nabi Khidir di Lulmat Agaib, yang menjelma menjadi bocah bajang anak kecil dan memberi wejangan tentang nafsu lawwamah, ammarah, sufiah, dan muthmainnah. Dapat mengubah sebongkah tanah menjadi emas di hadapan Adipati Pandanaran untuk menunjukkan bahwa mencari harta benda itu sebenarnya perkara gampang, tetapi seringkali harta benda justru menjadi penghalang untuk mencapai cita-cita kembali kepada Allah Swt. Memiliki baju takwa bernama Kiai Antakusuma sebagai hadiah peninggalan dari Rasulullah Saw. Baju itu dapat berubah-ubah warnanya menurut kesukaan yang memandang. Bisa mengubah biji besi sebesar biji asam menjadi sebesar gunung. Ketika Sunan Kalijaga membawa besi bahan untuk dijadikan keris kepada Empu Supo, karena dipaido dilecehkan tidak cukup karena besinya hanya sebesar klungsu biji asam, lalu disabda menjadi sebesar gunung sehingga merepotkan Empu Supo sendiri. Oleh karena itu, besi itu lalu diubah menjadi ukuran semula dan Empu Supo pun dapat mengerjakannya menjadi keris yang ampuh. Legenda Pembangunan Masjid Demak Pembangunan Masjid Agung Demak hanya dilakukan dalam satu malam. Saking keramatnya, pembangunan Masjid Demak juga dibantu beberapa binatang seperti katak hijau dan kadal. Tetapi ada juga binatang yang mengganggu yaitu orong-orong. Sedangkan untuk menentukan arah kiblat, Sunan Kalijaga menghubungkan kubah Masjid Demak dengan kubah Masjidil Haram. Di samping itu, legenda mengatakan bahwa Sunan Kalijaga dapat membuat tiang Masjid Demak dari potongan kayu kecil-kecil tatal yang menjadi salah satu soko guru tiang utama masjid. Kualitasnya tiang dari tatal ini tidak berbeda dengan tiang buatan wali lainnya yang terbuat dari kayu jati glondongan yang besar. Masjid Demak ini menjadi salah satu masjid dengan arsitektur unik di Indonesia dengan berbagai sejarah pembuatan nya oleh Walisongo. Legenda Lembu Peteng Hendak Membunuh Sunan Ampel Lembu Peteng adalah tokoh dunia persilatan dari Madura yang sakti mandraguna. dalam legenda ini Lembu Peteng ingin membunuh sunan Ampel. Dalam legenda dikisahkan ketika lembu Peteng hendak membunuh Sunan Ampel dari belakang. Namun sebelum ia melaksanakan niatnya, tiba-tiba sekujur tubuhnya gemetar dan kehilangan segala kekuatannya. Kekuatan Lembu Peteng seolah-olah hilang dan tidak bergeming untuk melanjutkannya. Lembu Peteng baru pulih kembali setelah Sunan Ampel mengampuni kesalahannya. Dan akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk membunuh Sunan Ampel. Legenda Syeh Siti Jenar Syeh Siti Jenar adalah salah satu wali yang memiliki ilmu agama islam yang sangat tinggi. Ia sangat disegani dan memiliki ilmu kesaktian yang luar biasa. Namun karena berbeda pandangan tentang ajaran agama islam yang diajarkannya, maka beliau akhirnya dijatuhi hukuman pancung. Hal ini dilakukan agar ajaran islam tidak menyimpang dari ajaran islam yang asli dari Rasulullah. Karomah syeh Siti jenar yaitu ketika lehernya dipancung, darah yang keluar dari tubuhnya berwarna putih dan berbau harum, memancarkan sinar dan tercipta huruf Arab kaligrafi yang berbunyi “la illaha illallah”. Legenda mengatakan bahwa Syeh Siti Jenar dapat mengubah dirinya menjadi dhandhang seta burung gagak putih dan menjadi cacing. Ketika makam Syeh Siti Jenar dibongkar, jenazahnya telah berbuah menjadi dua kuntum bunga melati yang harum, yang wanginya tercium sampai kejauhan. Simak dan baca Tokoh Islam Demikian ulasan tentang sejarah Walisongo dan urutan Walisongo yang terkenal sampai sekarang, dan menjadi kurikulum pelajaran agama islam dan sejarah Indonesia. Walisongo adalah ulama-ulama Indonesia yang sangat berjasa dalam menyebarkan dan berkembangnya agama islam di Indonesia.
bapak spiritual walisongo adalah