Sebuahkisah yang bagi kami sarah akan faidah. Semoga Allah menjadikannya sebagai pelajaran yang teraplikasikan dalam amalan ketaatan kepada ar-Rahman. Ramadhan yang berbeda. Akhir-akhir Sya’ban 1441 H ketika itu, kami yang berada di Ma’had dua betul-betul telah siap menyongsong datangnya bulan Ramadhan. Terusterang, kehati-hatian An-Nawawi yang ini adalah termasuk sifat yang benar-benar tidak mudah ditiru oleh para ustaz, para guru dan para dai di zaman sekarang. Apalagi jika sang pengajar masih muda dan masih bergolak darah mudanya. Malahan, santriwati cantik ini bukannya dihindari, tetapi malah “diburu”. Pengajar yang kebetulan memiliki DiMekah, pendidikan yang dijalani KH. Bisri Musthofa bersifat non-formal. Beliau belajar dari satu guru ke guru lain secara langsung dan privat. Di antara guru-guru beliau terdapat ulama-ulama asal Indonesia yang telah lama mukim di Mekah. Secara keseluruhan, guru-guru beliau di Mekah adalah: (1) Syeikh Baqir, asal Yogyakarta. Kepada beliau, KH. Begitulahkira-kira kisah para santri menggapai mimpi yang tertuang dalam buku ini. Lain halnya dengan Ufiq, Isma Noor Fitria –santrwati asal Banjarbaru, Kalsel- yang harus bekerja ekstra keras dalam MQK (Musabaqah Qira’at al-Kutub) di pesantrennya hanya untuk bisa mendapatkan beasiswa ini (hal. 65). MbahDalhar dilahir kan pada 10 Syawal 1286 H atau 10 Syawal 1798 – Je (12 Januari 1870 M) di Watucongol, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Lahir dalam lingkungan keluarga santri yang taat. Sang ayah yang bernama Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo adalah cucu dari Kyai Abdurrauf. Danpasti cinta mereka tidak ada lain kecuali hanya kepada Allah. Inilah yang menyebabkan hasrat untuk berbakti kepada-Nya dan suka terhadap sesuatu yang bisa mendekatkan diri pada-Nya. Makanya cinta mereka direalisasikan dengan taat kepaa-Nya dan mengikuti jejak Rasulullah SAW dari segi taat beribadah pada-Nya. Kisah-kisah yang bermuatan positif, menarik, dan berbobot sangat diperlukan untuk pembentukan pribadi anak. Maka sangatlah baik apabila anakanak diajak membaca kisah-kisah Islami yang sudah pasti membawa banyak hal positif. Buku ini berisi kisah-kisah Islami yang bersumber dari hadis dan Al-Qur an. Kisah-kisahnya penuh hikmah, patut dijadikan pelajaran Terbongkar fakta baru terkait santriwati yang diperkosa oleh gurunya di pesantren.Sang guru santriwati bernama Herry Wirawan (36) ternyata tidak 12 orang. Fakta teranyar menyebutkan bahwa santri yang jadi korban pencabulan ada 21 orang.. Aksi bejad Ustad cabul Herry Wirawan yang memperkosa total 21 santriwatinya membuat publik tidak Beliauadalah kiai yang sangat patuh dan taat pada kiai, senang tirakat dan riadlah. Ziarah adalah hobinya sejak masih muda. Sangat ‘alim dan ahli dzikir, begitulah beliau dikenal. Dengan senyuman yang khas dan keramahan, beliau selalu menerima santri dan tamu yang mengantre, ingin mendapatkan ijazah. Semogaguru2 kita selalu dalam lindungan allah,Khususnya kepada beliu Habib bahar bin smith.Sumber video bermanfaat saudara Marikita ikhtiar dan doa sama-sama”. Peristiwa yang lebih menegangkan lagi, ketika mau berangkat khutbah Jumat. Ada orang mengetuk pintunya dengan keras dan kasar. Saat membuka pintu, ternyata, ada tetangga non Muslim telah menghunuskan pedangnya. Dengan wajah merah dan berkata, “siapa yang melepas pipa air saya”. Yangmana di dalamnya ia berperan sebagai sosok yang membimbing, mengarahkan, dan membawa kesuksesan bagi Iskandar yang juga digambarkan sebagai murid yang taat kepada gurunya tersebut. Berbagai versi hikayat seperti ini yang menunjukkan penekanan kepada relasi guru-santri juga muncul dalam karya lain, misalnya seperti dalam SeorangMuslim Fanatik Berani Murtad. Saya seorang Muslim keturunan. Seperti umumnya orang Islam, saya sudah belajar mengaji dan membaca Al-Quran sejak usia delapan tahun. Teman-teman memandang saya sebagai seorang yang sholeh dan taat beribadah. Saya juga tidak sungkan untuk menasihati teman-teman sebaya saya, agar mereka menjadi seorang Termasukdi antara kewajiban seorang murid pada gurunya adalah menaati dan patuh pada guru–selain Didepan berhala Dhimar. Abbas bin Mirdas merenung; bertafakkur. “Dia hanyalah batu. Ndak mungkin bisa memberikan manfaat dan bahaya bagiku. Oh!”. Batinnya. Lalu, ia berteriak keras melengking sembari berkata tajam: “Ya Tuhanku yang maha tinggi! Tunjukkanlah diriku jalan kebenaran!”. Tiba-tiba, dari dalam diri berhala Dhimar, bergema jRnh9. loading...Ustaz Saeful Huda, dai lulusan Darul Musthafa Hadhramaut Yaman. Foto/Ist Setiap murid wajib menunjukkan adab dan penghormatan yang tinggi kepada gurunya. Jika tidak ada adab maka ilmu yang didapat pun tidak akan berkah. Ilmu layaknya madu yang sulit untuk didapat kecuali di tempat bersih dan menerimanya pun harus dengan hati yang bersih. Berikut kisah para ulama ketika mendidik murid dan santrinya. Kisah ini diceritakan Ustaz Saeful Huda Dai lulusan Darul Musthafa Hadhramaut Yaman. Baca Juga "Kita ini beruntung, guru-guru kita tidak memberikan kita ujian yang berat seperti ujian yang diberikan ulama-ulama terdahulu. Karena mereka tahu hati kita lemah, iman kita lemah tidak seperti santri-santri zaman dahulu," kata Ustaz Saeful Huda .Diceritakan Habib Ali Bin Abdullah Assegaf ketika jauh-jauh datang dari Hadhramaut ke Malibar India untuk berguru kepada Habib Ali Bin Abdullah Alaydrus. Sesampainya ia di depan rumah gurunya dan mengucapkan salam, Sang guru yang waktu itu sedang makan di lantai dua menyuruh khodamnya pelayannya melihat siapa yang ada di depan pintu."Seorang pencari ilmu dari Seiwun-Hadhramaut Habib, namanya Ali Assegaf," jawab itu, Habib Ali Alaydrus mengambil air bekas cuci tangannya dan memberikannya kepada khodamnya. "Ambil air ini dan siramkan kepadanya." Dengan segera si khodam mengambil air kobokan itu dan menyiramkannya ke tubuh Habib Ali Assegaf dari lantai dua. "Mbyuurrr..." Setengah jam kemudian Habib Ali Alaydrus memanggil khodamnya lagi."Coba lihat.. Apakah orang itu masih ada di bawah". Baca Juga Khodamnya melihat ke bawah dan ternyata pemuda itu masih berdiri mematung di depan pintu. Malahan ia masih menunduk penuh takzhim. "Masih Ya Habib, dia masih ada di bawah," jawab khodamnya."Sekarang bukakan pintu untuknya," ujar Habib Ali ketulusan dan keteguhannya itu, kelak Habib Ali Assegaf menjadi salah satu murid kesayangan Habib Ali Alyadrus. Sebagian ulama terdahulu memang mempunyai cara tersendiri dalam menguji keteguhan dan ketulusan santri-santrinya. Tentunya cara-cara 'aneh' yang mereka tempuh dalam mendidik tak lepas dari maksud dan tujuan yang mulia, yang sering kali tak bisa kita ketahui dengan pemahaman dan cara berpikir lain diceritakan, Syaikhona KH Kholil bin Abdul Lathif Bangkalan merupakan salah satu dari ulama yang mendidik murid-muridnya dengan cara-cara unik. Dulu ia mempunyai santri asal Magelang, Manab namanya. Selama liburan, karena termasuk dari golongan yang tak mampu dan tak pernah mendapat kiriman dari orang tuanya, ia bekerja di sawah sekitar pesantren untuk mengumpulkan beberapa ikat padi yang akan ia gunakan sebagai 'sangu' selama mengaji kepada Syaikhona Kholil .Sesampainya di Demangan, kebetulan Syaikhona Kholil waktu itu sedang duduk di luar rumahnya, melihat santrinya datang membawa dua karung beras, beliau berkata "Kebetulan ayam-ayamku masih belum makan".Manab lekas memahami keinginan Kiyainya, tanpa menunggu lama ia menaburkan beras dua karung itu di kandang ayam-ayam Syaikhona Kholil . Hasil jerih payahnya berbulan-bulan ludes pada waktu itu juga. Sebagai ganti beras itu, Syaikhona Kholil menyuruhnya untuk mengumpulkan daun mengkudu sebagai makanan sehari-harinya. Santri bernama Manab itu kelak menjadi ulama besar di zamannya, mendirikan pesantren yang memiliki ribuan santri hingga saat ini, ia dikenal dengan KH Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Baca Juga Lain lagi yang dialami santri bernama Muhammadun. Sehari sebelum santri asal Lasem itu datang ke Bangkalan, Syaikhona Kholil menyuruh murid-muridnya untuk membuat 'kurungan' ayam. Keesokan harinya Syaikhona Kholil menyambut kedatangan Muhammadun lalu memerintahkannya untuk menjebloskan diri ke dalam kurung ayam itu. Sam'an wa tho'atan ia laksanakan perintah sang guru tanpa protes sedikitpun. Kelak ialah yang akan menjadi salah satu jago tanah Jawa, menjadi Kiyai Alim nan Kharismatik yang dikenal dengan Mbah Kiyai Maksum asal Tambak Beras Jombang bernama Abdul Wahhab malah memiliki pengalaman yang seru dan menegangkan. Ketika baru sampai di gerbang pondok Syaikhona Kholil , ia disambut oleh puluhan santri yang membawa celurit dan pedang dan hendak menyerangnya. Tentu saja ia lari terbirit-birit. Ternyata Syaikhona Kholil sudah mewanti-wanti para muridnya untuk bersiaga di hari itu, kata beliau akan ada 'Macan' yang hendak memasuki area pondok. Dan sialnya, Santri baru bernama Abdul Wahhab itu yang Syaikhona Kholil tuduh sebagai 'Macan' hingga ia menjadi target serbuan para santri .Esok harinya ia kembali lagi, masih juga disambut dengan celurit dan pedang. Ia belum menyerah, ia mencoba lagi di malam ketiga, dan di malam itu ia berhasil memasuki area ponpes. Karena kelelahan ia tertidur di Mushalla Pesantren, Syaikhona Kholil lalu datang dan malam itu, ia resmi diterima menjadi santri Kiyai Kholil. Di masa depan, ialah yang akan menjadi macan NU. Pengasuh Pesantren Tambak Beras yang kita kenal sebagai Kiyai Wahhab Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad , "Orang yang mencari ilmu itu ibarat orang yang membawa wadah untuk meminta madu. Jika ia membawa wadah yang kotor, apakah sang pemilik madu akan menuangkan madunya untuknya? Tentunya ia akan menyuruhnya untuk membersihkan wadahnya terlebih dahulu".Itulah hakikat ilmu layaknya madu, sedangkan Hati kita adalah wadah untuk 'menampaninya' menerimanya. Semakin besar rasa takzhim dan keyakinan kita terhadap guru kita, semakin besar pula wadah yang kita dan pertolongan Allah yang akan kita peroleh lewat guru kita tergantung rasa takzhim, keyakinan dan cara pandang kita terhadapnya. Semoga kita tetap bisa menjaga adab dan sikap takzhim terhadap guru dan ulama kita. Baca Juga Wallahu Ta'ala A'lamrhs Ilustrasi santri yang beradab. Foto UnsplashDalam proses pembelajaran, santri membutuhkan orang alim berilmu seperti guru. Dalam Islam, guru merupakan orang berilmu yang harus dihormati, selagi apa yang disampaikannya merupakan kebenaran dan sesuai dengan ajaran Rasulullah. Untuk itu, saat berinteraksi dengan guru, santri wajib memperhatikan adab-adab. Menurut buku Pendidikan Bukan-Bukan oleh Dr. Ulil Amri Syafri, 2019 22 zaman dahulu, demi memperoleh sepotong hadits atau menimba ilmu di sebuah majelis, orang-orang rela melakukan perjalanan jauh. Melihat perjuangan inilah, seorang santri wajib menghargai guru-gurunya. Kewajiban santri untuk beradab terhadap guru sebagaimana nasihat Imam Al Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 431 sebagai berikutآداب المتعلم مع العالم يبدؤه بالسلام ، ويقل بين يديه الكلام ، ويقوم له إذا قام ، ولا يقول له قال فلان خلاف ما قلت ، ولا يسأل جليسه في مجلسه ، ولا يبتسم عند مخاطبته ، ولا يشير عليه بخلاف رأيه ، ولا يأخذ بثوبه إذا قام ، ولا يستفهمه عن مسألة في طريقه حتى يبلغ إلى منزله، ولا يكثر عليه عند “Adab murid terhadap guru, yakni mendahului beruluk salam, tidak banyak berbicara di depan guru, berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda”, tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah.”Apa saja adab santri terhadap guru yang harus diperhatikan?Ilustrasi guru mengajar. Foto UnsplashAdab Santri terhadap GuruMenghimpun dalam buku Manajemen Kurikulum Pendidikan Adab karangan Niswatin Khoiriyah 2021 65 berikut adab santri terhadap guru sesuai dengan apa yang disampaikan Imam Al santri hendaknya lebih dahulu memberikan salam kepada guru. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, bahwa yang muda harus memberikan salam kepada yang lebih tua terlebih Tidak banyak berbicara di depan guruBanyak berbicara bisa berarti merasa lebih tahu daripada orang-orang di sekitarnya. Apabila sikap ini dilakukan di depan guru, akan menimbulkan kesan bahwa santri merasa lebih tahu daripada gurunya. Hal ini tidak pantas dilakukan kecuali atas perintah Ikut berdiri ketika guru berdiriBila guru berdiri, santri sebaiknya lekas berdiri juga. Selain bentuk sopan santun dan akhlak terpuji, hal ini penting apabila guru sewaktu-waktu memerlukan bantuan dan santri bisa sigap untuk membantunya. Demikian pula jika guru duduk, sebaiknya santri ikut santri yang beradab terhadap guru. Foto Unsplash4. Tidak menyangkal penjelasan guruKetika guru memberikan penjelasan yang berbeda dengan apa yang pernah dijelaskan oleh orang lain, sebaiknya santri tidak langsung menyangkalnya. Alangkah lebih baik santri meminta izin terlebih dahulu jika ingin menyampaikan pendapat. Jika guru berkenan, tentu santri boleh menyampaikan pendapatnya. 5. Tidak bertanya-tanya kepada teman sebangku ketika guru mengajarDalam majlis ta’lim atau kegiatan belajar mengajar di kelas, santri hendaknya bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum jelas. Hal ini tentu lebih baik daripada bertanya kepada teman di sebelahnya yang bisa membuat guru kurang nyaman. 6. Tidak mengumbar senyum saat berbicaraGuru tidak sama dengan teman dan tidak bisa disetarakan dengan teman. Seorang santri harus memposisikan guru lebih tinggi daripada temannya sendiri. Sehingga ketika berbicara dengan guru, tidak boleh sambil tertawa atau senyum yang guru dan santri. Foto Unsplash7. Tidak terang-terangan menunjukkan perbedaan pendapat dengan guruBisa saja santri memiliki pendapat yang berbeda dengan guru. Jika hal ini terjadi, santri tidak perlu mengungkapkannya secara terbuka sehingga diketahui orang banyak. Lebih baik santri meminta komentar sang guru tentang pendapatnya yang berbeda. Cara ini lebih sopan daripada menunjukkan sikap kontra dengan guru di depan Tidak menarik pakaian guru ketika berdiriKetika guru hendak berdiri dari posisi duduk, mungkin ia membutuhkan bantuan karena kondisinya yang sudah agak lemah. Dalam keadaan seperti ini, jangan sekali-kali santri menarik baju sang guru untuk memberikan bantuan tenaga. Santri bisa berjongkok untuk menawarkan pundaknya sebagai tumpuan untuk berdiri atau tetap sesuai arahan Tidak bertanya di tengah perjalanan hingga guru tiba di rumahJika ada suatu hal yang ingin ditanyakan, terlebih jika itu menyangkut pribadi guru, tanyakan masalah itu ketika telah sampai di rumah. Tentu saja ini berlaku jika perjalanan dengan menumpangi kendaraan Tidak banyak mengajukan pertanyaan ketika guru lelahDalam keadaan guru sedang lelah, seorang murid hendaknya tidak mengajukan banyak pertanyaan yang membutuhkan jawaban pelik. Dikhawatirkan guru kurang berkenan untuk menjawbanya. Konon, suatu ketika Habib Umar Bin Abdurahman Al-Atthos RA Penyusun Ratib Al-Atthos sedang duduk bersama para santrinya. Ada satu santri yang bernama Syekh Ali Baaros RA sedang duduk di sampingnya sambil memijit kaki sang guru itu. Habib Umar terdiam sesaat dan berkata kepada santrinya “Kita kedatangan tamu istimewa, Nabi Khidir AS. Sekarang beliau sudah berada di gerbang depan.” Mendengar dawuh sang guru, para santri berhamburan menuju gerbang depan menyambut kehadiran Nabi Khidir AS. Kecuali Syekh Ali Baaros. Lalu Habib Umar Bin Abdurrahman bertanya kepada Syekh Ali Baaros “Ya Ali, kenapa kau tidak menyambut Nabi Khidir bersama teman-temanmu yang lain?” Syekh Ali Baaros menjawab “Wahai guru, Nabi Khidir AS datang sengaja menemuimu. Untuk apa aku lepaskan tanganku dari kakimu karena kedudukanmu yaitu sebagai guru di mataku sebagai murid jauh lebih mulia dibandingkan Nabi Khidir” Mendengar jawaban dari muridnya seperti itu, lalu berucaplah Habib Umar “Tidak akan aku terima hadiah Fatihah dari siapapun untukku kecuali disertai dengan nama Ali Baaros. Ini bukti keridhoanku kepadanya!” Dengan keridhoan guru, Syekh Ali Baaros yang berguru puluhan tahun kepada Habib Umar dengan berkhidmat dan mengabdi di kemudian hari bisa menjadi ulama besar yang banyak memberi manfaat kepada umat. Kemuliaan guru seperti orang tua kita. Namun, rahasia dunia ada pada kedua orang tua, sedang rahasia akhirat ada pada tangan guru. “Law Laa Murobbi Ma Aroftu Robbi” Jika bukan karena pendidik/guru, maka aku tidak akan mengenal Tuhanku KISAH SEORANG MURID YANG PATUH KEPADA GURU KISAH PERTAMA Dahulu di sebuah pesantren ada seorang santri yang bodoh tetapi dia sangatlah taat kepada gurunya. akhirnya pada suatu ketika cincin Bu Nyai jatuh kedalam wc, akhirnya si santri tersebut di suruh mencarinya dan si santri langsung mencari cincin itu sampai ketemu. akhirnya pada usatu hari Kiyai dari santri tersebut berpergian dan sebelum Kiyai pergi, Kiyai berpesan kepada sang santri agar sang santri menggantikan Kiyai mengajar santri yang lainnya, akhirnya sang santri langsung menjalankan apa yang diperintahkan oleh Kiyai. akhirnya sang santri masuk kelas untuk mengajar santri-santri lainya, sang santri pun langsung membuka kitab dan langsung membaca bismillah dan ketika setelah membaca bismillah sang santri terdiam karna dia tidak bisa membaca dan tidak tahu apa yang akan di terangkannya pada santri-santri. akhirnya sang santri tersebut di sorakin,ditertawakan dan sebagainya oleh para santri. akhirnya kerena malu,grogi dan sebagainya sang santri langsung pergi ke kamar dan langsung tidur. dan didalam tidurnya dia bermimpi bertemu sang Kyai, akhirnya sang santri terbangun dan langsung membuka kitab yang akan diajarkannya. akhirnya dia kembali ke kelas untuk mengajar kitab yang sebelumnya, akhirnya dia membuka kitab dan membaca bismillah dan dia pun langsung bisa membaca dan menerangkan isi kitab tersebut seperti orang yang sudah terbiasa membaca dan menerangkan kitab. KISAH SEORANG MURID YANG PATUH KEPADA GURU KISAH KEDUA Pada suatu zaman ada seorang murid yang ta’at kepada gurunya, setelah ia belajar lama ia pun kembali ke kampung asalnya, tahun demi tahun ia lalui yang akhirnya beliau menjadi seorang yang alim yang terkenal di kampung itu dan di juluki “Syekh Maulana Kendi”. Kenapa beliau di juluki Maulana Kendi?, karena beliau tidak lepas dengan kendi tersebut untuk mengambil air wudhu dan untuk beliau minum airnya, keta’atan ibadahnya sehingga beliau tidak memiliki harta apapaun, kecuali gubuk kecil yang beliau tempati bersama seorang muridnya yang beliau sayangi. Keta’atan dan ketaqwaannya menjadikan contoh untuk muridnya yang selalu mendampinginya sehingga muridnya pun menjunjung tinggi ahlak dan kebesaran ilmunya. Pada suatu saat Syekh Kendi menceritakan tentang gurunya yang berada dinegeri seberang dan akhirnya menyuruh muridnya untuk menemuinya, keesokan harinya sang murid berangkat kenegeri seberang dan sampailah didepan gerbang guru besar Syekh Kendi, maka murid Syekh Kendi bertanya “Apakah ini rumah guru besar Syekh Kendi?”, rumah yang bagaikan istana yang luas, penjaga yang begitu banyak membuat keraguan murid Syekh Kendi, seraya dihati berkata “Guruku Syekh Kendi miskin tak punya apa-apa sedangkan guru besarnya seperti ini”. Bertambah keanehannya di kala melihat didalam istananya bangku-bangku emas dan mahkota emas dan begitu gemerlapan emas yang ada di dalam rumahnya. Dan akhirnya berjumpalah murid Syekh Kendi dengan guru besarnya yang bernama Syekh Sulaiman Guru dari Syekh Kendi, tiba-tiba beliau berkata “Apakah engkau murid Syekh Kendi murid dari pada kesayanganku?” benar wahai guru besar Guru Sulaiman, beri kabar kepada muridku agar dia lebih zuhud lagi didunia dan salamkan ini kepadanya, kebingungan bertambah, guruku yang miskin di suruh tambah miskin lagi menurut kata hatinya, dan pertanyaan ini membuat bingung dan akhirnya keesokan harinya dia pulang menuju rumah Syekh Kendi gurunya dan membawa pertanyaan yang membingungkan, setibanya dia dirumah Syekh Kendi dengan gembira Syekh Kendi menyambut kedatangannya seraya bertanya “Apa kabar yang kau bawa dari guruku tercinta?” muridnya menceritakan “Wahai guruku aku diberi kabar agar engkau lebih zuhud lagi hidup didunia.”, tiba-tiba Syekh Kendi menangis, menangis dan menangis lalu mengambil kendinya dan memecahkannya seraya berkata “Benar guruku, benar guruku”. Ketahuilah wahai muridku kemewahan dan keindahan Syekh Sulaiman guruku tak sedikitpun masuk kedalam hatinya, sedangkan aku selalu mencari-cari kendiku dan aku takut kehilangannya, ini yang menyebabkan aku kurang zuhud kepada Allah SWT, karena masih ada dihatiku dunia.

kisah santri yang taat pada guru